PT Hatten Bali Tbk atau Hatten Wines mengambil langkah konkret dalam menyikapi krisis sampah di Bali yang kian mendesak. Dalam momentum peringatan Hari Bumi 2025, perusahaan pelopor industri wine di Bali ini menyerukan komitmen kolektif dari pelaku industri untuk menjaga lingkungan, di tengah kondisi tempat pemrosesan akhir (TPA) yang nyaris penuh di sejumlah daerah.
Langkah awal dimulai dari internal perusahaan. Hatten Wines menerapkan sistem pemilahan sampah organik dan anorganik di seluruh fasilitasnya. Selain itu, perusahaan juga menjalin kerja sama dengan komunitas Malu Dong yang fokus pada edukasi dan pelatihan pengelolaan sampah organik di tingkat individu.
Untuk pengelolaan sampah non-organik, Hatten Wines bekerja sama dengan PT Bersih Dari Sampah (DBS) agar limbah ditangani secara profesional dan tidak menambah beban TPA. Sampah residu yang tidak bisa didaur ulang akan diolah menjadi bahan bangunan seperti batako.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Beberapa aksi yang sudah kami lakukan di Hatten, seperti teba modern, seperti pengolahan sampah residu, dan juga solar panel, itu sudah kami lakukan," ujar Presiden Direktur Hatten Wines Ida Bagus Rai Budarsa, Senin (21/4/2025).
Hatten Wines saat ini telah memiliki tiga titik teba modern sebagai pusat pengolahan sampah organik dan akan terus memperluas inisiatif ini ke wilayah lainnya.
Menurut Budarsa, langkah ini juga menjadi respons terhadap kebijakan lingkungan yang telah dikeluarkan oleh Gubernur Bali, namun dinilai belum maksimal di tingkat implementasi.
"Kami ingin merespons surat edaran Bapak Gubernur, karena kami lihat bahwa Bapak Gubernur sudah berapa kali membuat pergub, ada Instruksi Gubernur, kemudian ada surat edaran, tapi kok aplikasi lapangan belum terlihat, belum maksimal," jelasnya.
Melalui seremoni Hari Bumi, Hatten Wines sekaligus mengajak pelaku industri lain untuk ikut bergerak dan tidak hanya menunggu.
Selain isu pengelolaan sampah, Hatten Wines juga melakukan transisi ke energi bersih. Perusahaan memasang panel surya hasil kerja sama dengan SolPoint, anak perusahaan dari Nusa Solar. Kerja sama selama 15 tahun ini memungkinkan Hatten Wines menggunakan energi dari panel surya dengan biaya di bawah tarif PLN.
"Kami punya tanggung jawab moral untuk menjaga bumi ini, agar anak cucu kita masih bisa hidup di tempat yang layak," kata Rai Budarsa.
Dengan berbagai inisiatif tersebut, Hatten Wines berharap dapat menjadi contoh sekaligus mendorong kesadaran kolektif dalam menghadapi krisis lingkungan di Bali.
"Kami mengharapkan inisiatif ini juga diikuti pihak-pihak lain, orang berkeinginan juga untuk melakukan. Saya yakin banyak yang sudah mengerti dan menyadari, tapi masih saling tunggu," tutupnya.
(dpw/gsp)