Jaga Kebersihan-Kesucian Pura Batur, Pamedek Dilarang Pakai Wadah Plastik

Bangli

Jaga Kebersihan-Kesucian Pura Batur, Pamedek Dilarang Pakai Wadah Plastik

Sui Suadnyana - detikBali
Selasa, 01 Apr 2025 15:23 WIB
Potret Pura Ulun Danu Batur
Foto: Pura Ulun Danu Batur. (Dok. Dinas Pariwisata Bali)
Bangli -

Pamedek atau umat yang bersembahyang di Pura Ulun Danu Batur, Kecamatan Kintamani, Bangli, Bali, dilarang memakai plastik sebagai wadah banten dan berbagai sarana upacara lain, termasuk tirta. Larangan itu dimuat dalam Aturan Pengingat Lima Usaha Menjaga Kebersihan dan Kesucian Pura atau Pangeling-eling Panca Pamahayu Pura yang dibuat dalam bahasa Bali, Indonesia, dan Inggris.

Pangeling-eling Panca Pamahayu Pura mengandung lima imbauan utama untuk menjaga kebersihan dan kesucian pura. Aturan ini dikukuhkan pada Ngembak Geni atau sehari setelah Nyepi di Pura Ulun Danu Batur, Minggu (30/3/2025).

Penerbitan Pangeling-eling Panca Pamahayu Pura difasilitasi oleh BASAbali Wiki. Aturan pengingat ini diharapkan menjadi landasan bagi masyarakat yang berkunjung dan bersembahyang di Pura Ulun Danu Batur. Aturan akan diterapkan pada upacara Ngusaba Kadasa 2025 dan seterusnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Koordinator Yowana Abhinaya BASAbali Wiki, Gede Adrian Maha Putra, berharap, melalui kampanye ini, generasi muda dan masyarakat makin sadar akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, khususnya di area pura.

"Sampah yang kita bawa sendiri, harus kita bersihkan sendiri, kebersihan pura adalah tanggung jawab bersama," kata Adrian dalam siaran pers BASAbali Wiki yang diterima detikBali, Selasa (1/4/2025).

ADVERTISEMENT

Penerbitan Pangeling-eling Panca Pamahayu Pura merupakan implementasi dari Wikithon Partisipasi Publik-Bali Lestari yang diinisiasi BASAbali Wiki. Wikithon Partisipasi Publik-Bali Lestari merupakan kompetisi menulis pendapat singkat dan membuat video berbahasa Bali yang diikuti pemuda dan berfokus pada upaya pengurangan sampah dalam aktivitas keagamaan.

Karya para pemenang lomba kemudian dirumuskan dalam risalah kebijakan (policy brief) yang disusun bersama pemuda, pemerintah, praktisi, akademisi, dan komunitas lingkungan. Perumusan risalah kebijakan ini juga dilakukan Dialog Kebijakan BASAbali Wiki sebanyak dua kali, yakni pada Desember 2024 dan Januari 2025.

Risalah kebijakan (policy brief) ini kemudian menjadi dasar pembuatan Pangeling-eling Panca Pamahayu Pura. Pembuatan aturan berkolaborasi dengan pengempon (pengelola) Pura Ulun Danu Batur yang dipimpin Jero Gede Duuran (Kanginan) Batur.

Adrian menyatakan kegiatan ini memiliki dampak besar bagi masyarakat, khususnya generasi muda. "Suara pemuda membawa perubahan, dari Wikithon Partisipasi Publik-Bali Lestari hingga lahirnya Pangeling-eling Panca Pamahayu Pura di Pura Ulun Danu Batur," ujarnya.

Setelah diterbitkan, kampanye Pangeling-eling Panca Pamahayu Pura dilanjutkan melalui media sosial (medsos). Kampanye di medsos berkolaborasi dengan Jero Gede Duuran (Kanginan) Batur dan Jero Penyarikan Duuran Batur.

Program & Engagement Director BASAbali Wiki, KL Herdayatamma, menegaskan Pura Ulun Danu Batur sebagai salah satu Pura Kahyangan Jagat yang terletak di hulu Bali memiliki peran penting dalam menjaga harmoni dan stabilitas Pulau Dewata. Ia berharap langkah ini dapat menjadi contoh dan menginspirasi seluruh pura di Bali dan membawa manfaat bagi lingkungan, khususnya di Batur serta bagi Bali secara lebih luas.

Berikut Pangeling-eling Panca Pamahayu Pura di Pura Ulun Danu Batur.

ATURAN PENGINGAT
Lima Usaha Menjaga Kebersihan dan Kesucian Pura

Om Swastyastu. Masyarakat yang akan melaksanakan persembahyangan di Pura Ulun Danu Batur dimohon untuk memperhatikan hal-hal berikut ini.

  1. Tidak diperbolehkan membawa sarana persembahan baik berupa banten, aturan, dan sarana persembahan lainnya menggunakan tas plastik. Apabila ada yang masih menggunakan plastik agar dibawa pulang setelah persembahyangan selesai dilakukan.
  2. Mari kita kurangi banten dan persembahan lainnya yang masih menggunakan bungkus plastik agar tidak mengurangi kesucian dan bisa mencemari lingkungan.
  3. Setelah selesai sembahyang, sarana persembahyangan seperti sampian, canang, dan dupa agar diambil lalu dibawa pulang atau dapat dibuang di tempat sampah.
  4. Masyarakat yang akan memohon tirta agar membawa tempat tirta masing-masing sehingga tidak menggunakan plastik.
  5. Setelah selesai bersembahyang dan menikmati sisa persembahan di halaman pura, sangat dimohon agar sampah yang dihasilkan dibawa pulang, tidak diperbolehkan menyisakan sampah di area suci pura ataupun di jalan.

Mari kita jaga kebersihan dan kesucian pura kita sebagai bagian dari penyempurna rasa bakti kepada Ida Batara, baik sakala maupun niskala.
Om Santih Santih Santih Om.




(hsa/dpw)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads