Turis Australia Tewas di Nusa Penida hingga Pelanggaran Nyepi di Loloan

Bali Sepekan

Turis Australia Tewas di Nusa Penida hingga Pelanggaran Nyepi di Loloan

Tim detikBali - detikBali
Minggu, 30 Mar 2025 20:52 WIB
Proses evakuasi korban kapal terbalik di Nusa Penida.
Proses evakuasi korban kapal terbalik di Nusa Penida. Foto: dok. Polres Klungkung
Denpasar -

Sejumlah peristiwa di Bali menjadi sorotan pembaca detikBali pekan ini. Mulai dari turis Australia tewas akibat kapal wisata terbalik di Nusa Penida; kemacetan di Pelabuhan Gilimanuk saat arus mudik Lebaran; nelayan asal Jembrana tewas tersambar petir saat mancing bersama istri; hingga pelanggaran Nyepi di Loloan Jembrana. Berikut rangkumannya dalam rubrik Bali Sepekan.

Turis Australia Tewas Akibat Kapal Wisata Terbalik di Nusa Penida

Sebuah kapal wisata, Sea Dragon, mengalami kecelakaan laut di perairan Manta Point, Nusa Penida. Akibat insiden ini, seorang turis asing asal Australia meninggal dunia setelah sempat mendapatkan perawatan di RSUP Prof Ngoerah, Denpasar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dua warga negara asing lainnya mengalami luka dan dievakuasi ke Griya Medika Nusa Penida. Sementara itu, korban lainnya berhasil dievakuasi melalui Pantai Kelingking, Desa Bunga Mekar, Kecamatan Nusa Penida.

Total korban dalam kecelakaan ini berjumlah 15 orang, terdiri dari seorang kapten kapal, seorang anak buah kapal (ABK), dua pemandu wisata, serta 11 wisatawan asing.

ADVERTISEMENT

Menurut keterangan kapten kapal, KJP, kepada Polres Klungkung, mereka berangkat dari Sanur, Denpasar, dengan tujuan Manta Point, Nusa Penida, untuk melakukan wisata snorkeling, Jumat (21/3). Namun, sebelum sampai di lokasi, tepatnya di perairan Kelingking, kapal dihantam gelombang besar dan terbalik di tengah laut.

"Terjadi karena faktor alam. Gelombangnya tinggi. Kemudian ada kayu yang terbawa dan menghantam mesin. Mesinnya mati dan menjadi terbalik," jelas Kasi Humas Polres Klungkung, Aiptu Agus Widiono, Senin (24/3/2025).

Polisi menegaskan wisatawan asing dalam kapal tersebut telah dilengkapi perangkat keselamatan. "Biasanya kan sudah dilengkapi sarana keselamatan seperti rompi pelampung," ujar Aiptu Agus.

Saat ini, kasus kecelakaan laut ini masih dalam penyelidikan oleh Polsek Nusa Penida. "Saat ini masih ditangani oleh Polsek Nusa Penida, belum diserahkan ke Polair Polda Bali," tandasnya.

Kemacetan di Pelabuhan Gilimanuk Saat Arus Mudik Lebaran

Arus mudik di Pelabuhan Gilimanuk, Jembrana, Bali, penuh sesak H-3 Nyepi dan H-5 Idul Fitri, Rabu (26/3/2025). Para pemudik membutuhkan waktu lebih dari 6 jam untuk bisa menyeberang ke Pulau Jawa.

Salah satunya Abiansyah, pemudik asal Bondowoso. Ia berangkat bersama keluarga dari Nusa Dua pada Rabu sekitar pukul 01.00 Wita.

Pria yang mudik dengan mobil pribadi ini pun terjebak antrean di wilayah Hutan Cekik, Gilimanuk, sekitar pukul 09.00 Wita. Bahkan pukul 15.00 Wita, ia dan keluarga belum juga masuk kapal.

"Sudah sekitar 6 jam antre, belum juga masuk kapal. Kami baru berangkat karena libur proyek baru dari kemarin, jadi berangkat dini hari. Perjalanan dari timur (Denpasar) lancar. Terjebak antre di Hutan Cekik," ungkap pria berusia 33 tahun ini saat ditemui detikBali, Rabu.

Pemudik lain yang mengendarai motor, Ridwan, harus antre sekitar 2 jam di area buffer zone hingga masuk wilayah Pelabuhan Gilimanuk. "Dua jam kira-kira antre tadi. Kami tetap mengikuti arahan saja dari terminal kargo hingga sampai di pelabuhan," katanya.

Data dari PT ASDP Indonesia Ferry Cabang Ketapang mencatat, sejak 21 hingga 24 Maret 2025, sebanyak 256.174 orang telah meninggalkan Pulau Bali. Selain itu, tercatat 44.834 kendaraan pribadi, dengan rincian 20.125 mobil dan 43.801 motor telah menyeberang ke Pulau Jawa.

"Situasi hari ini terjadi peningkatan arus cukup tinggi, sebelumnya hanya belasan ribu, tetapi sejak Selasa sudah tercatat 21 ribu kendaraan yang keluar Bali," ungkap Kapolres Jembrana AKBP Endang Tri Purwanto saat ditemui terpisah, Rabu.

Nelayan Asal Jembrana Tewas Tersambar Petir Saat Mancing Bersama Istrinya

Suprianto tewas tersambar petir saat memancing bersama istrinya, Rere Astuti, di pesisir Pantai Monumen Lintas Laut Gilimanuk, Kamis (27/3/2025). Peristiwa nahas ini terjadi sekitar pukul 12.30 Wita.

Kapolsek Kawasan Pelabuhan Gilimanuk, Kompol I Komang Muliyadi menuturkan nelayan dari Kelurahan Gilimanuk, Jembrana, Bali, itu beserta Rere berangkat memancing cumi-cumi menggunakan sampan milik pamannya. Mereka memancing dengan pancing senar gulung di sekitar perairan Pantai Monumen Lintas Laut.

Saat cuaca mulai mendung dan gerimis, suara petir terdengar di sekitar lokasi. Beberapa saat kemudian, Suprianto tersambar petir dan langsung mengalami luka bakar dari leher hingga paha.

"Warga sekitar yang mendengar segera memberikan bantuan. Anggota kepolisian yang bertugas mengamankan mudik langsung mendatangi lokasi kejadian dan membawa korban ke Puskesmas II Melaya," ungkap Muliyadi kepada detikBali, Kamis.

Nahas, nyawa Suprianto tidak tertolong. Adapun, Rere masih syok akibat peristiwa tersebut.

Muliyadi mengatakan keluarga Suprianto telah membawa jenazah pria berusia 23 tahun itu ke rumah duka untuk disemayamkan sebelum dimakamkan pada hari yang sama. "Kami mengimbau masyarakat, khususnya nelayan dan pemancing, untuk lebih waspada," imbuhnya.

Momen Happy Salma dan Keluarga Ikut Mengarak Ogoh-ogoh di Ubud

Happy Salma tampak berbahagia karena bisa kembali merayakan Hari Raya Nyepi 2025. Aktris berusia 45 tahun itu membagikan momen mengarak ogoh-ogoh mini bersama putra dan suaminya, Tjokorda Bagus Dwi Santana Kertayasa, melalui Instagram story pribadinya.

Happy Salma nampak cantik dengan mengenakan kamen Bali dan kaus berwarna hitam serta tanpa riasan di wajahnya. Mereka mengarak ogoh-ogoh pada hari pengerupukan di Jalan Monkey Forest, Ubud, Gianyar, Bali, Sabtu (28/3/2025).

Happy mengarak ogoh-ogoh bhuta kala mini bersama satu perempuan lain. Lalu di belakangnya diikuti sang putra dan teman-temannya yang mengarak ogoh-ogoh berbentuk babi.

Happy Salma, suami, dan putranya mengarak ogoh-ogoh sejak sore hingga malam hari. Tak nampak raut kelelahan dari wajah Happy Salma. Ia melempar senyum saat beberapa warga menyapanya.

Beragam Komentar Warga hingga Turis Asing Soal Ogoh-ogoh

Pawai ogoh-ogoh saat malam pengerupukan di bundaran Patung Catur Muka Puputan, Denpasar, sudah dimulai sejak pukul 19.00 Wita. Belasan ogoh-ogoh yang lewat saat diarak menjadi daya tarik sendiri bagi turis asing.

"Tadi ada ogoh-ogoh beruang. Saya suka ogoh-ogoh itu," kata Irina, turis asing asal Rusia, ditemui detikBali di bundaran Patung Catur Muka Puputan, Denpasar, Jumat (28/3/2025).

Pantauan detikBali, sekitar 50 lebih ogoh-ogoh diarak di bundaran itu. Mayoritas ogoh-ogoh itu diarak dari Jalan Veteran dan Jalan Gajah Mada lalu mengarah ke Jalan Udayana dan Jalan Surapati.

Bak lautan manusia, ribuan warga Denpasar hingga turis asing bergumul mencoba memandang lebih dekat ogoh-ogoh yang diarak di jalanan sekitar Catur Muka. Ogoh-ogoh berukuran besar banyak disorot ponsel warga maupun turis asing yang ingin mengabadikannya atau jadi objek swafoto.

"Makin besar (ogoh-ogohnya) makin bagus. Gayanya Rusia banget," kata Irina.
Olya punya opini lain. Gadis asal Ukraina itu tidak mempermasalahkan soal ukuran. Menurutnya, semua ogoh-ogoh yang lewat punya kecantikan masing-masing.

"Ogoh-ogoh ini sangat menarik dan menakjubkan. Semuanya bagus. Tidak selalu yang berukuran besar," kata Olya.

Sementara, warga Lampung, Sumatera, Deva Agastya (25), menceritakan baru kali pertama menonton pawai ogoh-ogoh di Denpasar.

Empat jam menunggu dan menyaksikan puluhan ogoh-ogoh yang diarak, ternyata belum memuaskan hatinya. Deva ingin melihat karya ogoh-ogoh dengan rancangan fisik yang realis atau menyerupai makhluk hidup.

"Masih menunggu sampai sekarang. Karena belum ada ogoh-ogoh yang sreg menurut saya. Karena saya lihat di media sosial itu, ogoh-ogoh di Denpasar ini detailnya, anatominya, bagus," kata Deva.

Viral Pelanggaran Nyepi di Kampung Loloan, FKUB-Bupati Jembrana Gelar Rapat

Pelanggaran Nyepi terjadi di Kelurahan Loloan Timur, Kecamatan Jembrana, dan Loloan Barat, Kecamatan Negara, Jembrana, Bali. Pelanggaran Nyepi itu viral di media sosial (medsos).

Video-video yang beredar menunjukkan masyarakat Kampung Loloan beraktivitas seperti biasa saat Nyepi, termasuk bersepeda, berkendara motor, dan bahkan aktivitas jual beli. Banyak komentar negatif muncul di setiap video yang dibagikan dan menjadi sorotan berbagai pihak.

Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Jembrana menggelar rapat koordinasi di Rumah Jabatan Bupati Jembrana, Minggu (30/3/2025) guna menyikapi pelanggaran Nyepi itu.

Ketua FKUB Jembrana, I Wayan Windra, prihatin atas viralnya video tersebut. Ia menekankan pentingnya menjaga toleransi antarumat beragama dan meminta pihak berwenang untuk mengusut penyebar video yang dianggap provokatif.

"Kami, FKUB, tidak bisa bekerja sendiri. Kami mohon bapak-bapak Forkopimda juga ikut memberikan pemecahan persoalan ini agar tidak berlarut-larut," ungkap Windra seusai rapat.

Bupati Jembrana, I Made Kembang Hartawan, mengajak semua pihak untuk bijak dalam menggunakan medsos. Kembang menjelaskan warga Muslim di Loloan adalah warga asli Bugis yang telah lama menetap di Jembrana, bukan pendatang dari Jawa.

Namun, menurut Kembang, semangat yang hendak dijaga adalah memupuk toleransi sikap saling menghargai dan menghormati serta rasa menyama braya yang selama ini sudah terjalin dengan baik.

"Kejadian seperti ini bukan terjadi baru kali ini saja. Mari kita diskusikan hal ini agar ke depannya lebih tertib dan baik, bagaimana agar tidak terjadi hal-hal yang kurang baik," kata Kembang.

Kapolres Jembrana, AKBP Endang Tri Purwanto, menyayangkan penyebaran video yang telah mengganggu suasana toleransi di Jembrana. Ia mengajak masyarakat untuk menjaga kerukunan dan siap menerima masukan serta kritikan.

"Warga Muslim dan Hindu di Jembrana sudah sangat baik, mari kita jaga bersama," tegas Endang.

Endang juga menegaskan akan menindak tegas anggota Polri berinisial MC (49) yang melintas mengendarai motor saat Nyepi di Desa Sumbersari, Kecamatan Melaya.

"Kami akan berikan sanksi berat jika anggotanya terbukti bersalah melanggar Kode Etik Kepolisian. Anggota meninggalkan posnya saat bertugas. Tidak profesional," tegas Endang.




(nor/gsp)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads