Atlas Super Club Bali meminta maaf karena memakai gambar Dewa Siwa sebagai latar belakang pertunjukan musik elektronik atau DJ. Hal itu menimbulkan kegaduhan dan dinilai menyakiti umat Hindu.
Permintaan maaf itu disampaikan saat mendatangi kantor Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Bali. Ketua PHDI Provinsi Bali Nyoman Kenak mengatakan ada sekitar enam perwakilan Atlas Super Club yang hadir dalam pertemuan tersebut, kemarin. Pertemuan berlangsung selama sekitar satu jam.
"Membahas mengenai ketidaksengajaan (dalam penggunaan visual Dewa Siwa) dan mereka meminta maaf," ujar Kenak saat dihubungi detikBali, Kamis (6/2/2025).
Atlas Respons Somasi PHDI
Kenak menyebut kedatangan mereka juga sebagai respons atas somasi yang dilayangkan PHDI Bali beberapa waktu lalu. Dalam somasi itu disebutkan bahwa dalam waktu 7x24 jam harus ada tanggapan dari Atlas Super Club terkait pemasangan gambar Dewa Siwa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam pertemuan tersebut, Atlas mengungkapkan insiden itu terjadi akibat kurangnya kontrol terhadap situasi saat itu. Seorang staf disebut mengambil gambar Dewa Siwa dari internet dan menjadikannya latar belakang pertunjukan musik elektronik pada Kamis (30/1/2025) sekitar pukul 23.40 Wita.
"Mereka sudah ada niat baik (untuk meminta maaf). Tapi, walaupun sudah minta maaf, tetap menyebabkan ketidaknyamanan bagi umat," katanya.
Menurutnya, pasca pertemuan tersebut, PHDI Bali akan melakukan rapat dengan tim dan meminta masukan dari para ahli. Mereka juga akan memastikan apakah pihak Atlas Super Club benar-benar akan menyampaikan permintaan maaf secara tertulis serta menggelar upacara Guru Piduka saat Saraswati nanti.
Kenak berharap ke depan kasus serupa tidak terulang di Bali. Ia mengingatkan bahwa insiden serupa telah beberapa kali terjadi.
PHDI Ingin Ada Sanksi Tegas
Selain itu, ia berharap pihaknya bersama Gubernur terpilih Bali dan pejabat lainnya dapat menindak tegas kejadian serupa. Salah satu caranya, kata dia, bisa melalui peraturan daerah atau bentuk kebijakan lainnya.
"Salah satu contoh yang bagus itu dari Pak Koster kemarin saat ada bule yang melakukan pelanggaran di Bali lalu dideportasi. Jadi, ada sanksi yang berat terhadap pelanggaran-pelanggaran agar tidak terulang lagi," ungkapnya.
Atlas Janji Gelar Upacara Guru Piduka
Manajemen Atlas Super Club berjanji menggelar upacara guru piduka pada Sabtu (8/2/2025) setelah mendapat desakan dari berbagai lembaga umat Hindu di Bali terkait penayangan visualisasi Dewa Siwa dalam pertunjukan musik DJ.
Dalam pernyataan di situs resminya, manajemen Atlas meminta maaf kepada masyarakat dan umat Hindu di Bali atas insiden tersebut. Mereka menegaskan tidak berniat menyinggung nilai keagamaan.
"Kejadian ini murni merupakan insiden teknis dan prosedur. Sepenuhnya, kami menyadari bahwa hal ini dapat menimbulkan ketidaknyamanan bagi masyarakat dan umat Hindu, khususnya di Bali," tulis pernyataan manajemen Atlas, Kamis.
Manajemen mengeklaim telah mengambil tindakan tegas terhadap pihak yang bertanggung jawab atas insiden yang terjadi pada 30 Januari 2025 itu.
"Surat teguran dari Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Bali dan Lembaga Bantuan Hukum Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (LBH KMHDI) telah kami terima dan cermati. Sejumlah upaya mediasi juga telah kami lakukan dengan lembaga pemerintah dan pemuka agama setempat demi tercapainya situasi kondusif bersama," lanjut pernyataan tersebut.
Manajemen berjanji lebih berhati-hati dalam menyeleksi aspek hiburan dan pertunjukan ke depan. Terkait upacara guru piduka, mereka akan berkoordinasi dengan PHDI Bali, Banjar Adat Berawa di Desa Tibubeneng, serta aparat keamanan.
Sebelumnya, manajemen Atlas telah bertemu PHDI Bali untuk menjelaskan kronologi insiden dan langkah yang diambil pasca-kejadian. PHDI Bali juga melayangkan somasi terbuka agar Atlas bertanggung jawab secara hukum dan sosial.
Selain itu, manajemen Atlas dipanggil Satpol PP Kabupaten Badung, Senin (3/2/2025), untuk mengklarifikasi insiden tersebut.
"Kami menerima kedatangan manajemen Atlas. Mereka mengklarifikasi dan mengakui bahwa yang ramai saat ini merupakan kesalahan mereka," kata Kepala Satpol PP Badung I Gusti Agung Ketut Suryanegara kepada detikBali, Senin malam.
Suryanegara menjelaskan pertunjukan dengan visual berlatar Dewa Siwa terjadi pada Kamis (30/1) pukul 23.40 Wita. Kesalahan terjadi karena materi visual yang ditampilkan tidak melalui proses skrining.
Menurutnya, sesuai SOP, petugas wajib menyeleksi materi yang akan ditampilkan dalam pertunjukan. Namun, manajemen Atlas kecolongan karena visual tersebut tidak melalui proses pemilahan.
"Kebetulan mereka mengunduh file itu secara online. Dari pihak manajemen menyatakan, mestinya SOP mereka mengharuskan skrining sebelum tayang. Ini terjadi kesalahan, dan manajemen menyadari hal itu," ujar Suryanegara.
(hsa/hsa)