Pebisnis asal Singapura, Ho Kwon Ping (72), membagikan kisah perjalanan hidupnya yang penuh liku. Ho dahulunya adalah seorang aktivis dan jurnalis yang pernah dipenjara akibat dicap komunis. Ia kini telah menjadi taipan hotel.
Ho adalah taipan di balik kesuksesan Banyan Group. Ho kini dikenal sebagai pendiri sekaligus Ketua Eksekutif Banyan Group yang mengelola jaringan hotel mewah di seluruh dunia.
Banyan Group memiliki 12 merek global, lebih dari 80 hotel dan resor, serta spa, galeri, dan tempat tinggal di lebih dari 20 negara. Menurut data London Stock Exchange Group (LSEG), perusahaan ini mencatat pendapatan sebesar 328 juta dolar Singapura (sekitar Rp 3,95 triliun) dan memiliki kapitalisasi pasar 300 juta dolar Singapura (sekitar Rp 3,6 triliun) pada 2023.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelum menjadi pengusaha sukses, Ho menjalani kehidupan sebagai aktivis dan jurnalis. Ia vokal menentang Perang Vietnam saat menempuh pendidikan di Universitas Stanford pada awal 1970-an. Aksi protesnya, termasuk terhadap fisikawan William Shockley, membuatnya diskors dari universitas tersebut.
Ho kemudian kembali ke Singapura untuk wajib militer dan melanjutkan kuliah. Merasa bosan, ia beralih menjadi jurnalis lepas. Namun, aktivitasnya sebagai jurnalis membawanya ke penjara pada 1977. Ho dihukum dua bulan karena dianggap pro-Komunis di bawah Undang-Undang Keamanan Dalam Negeri.
"Saya mulai menulis tentang politik Singapura yang tidak disukai pemerintah. Jadi, saya dipenjara," kenang Ho dilansir dari detikProperti, Minggu (26/1/2025).
Ho kembali menjadi jurnalis setelah bebas hingga akhirnya pindah ke Hong Kong bersama istrinya. Mereka tinggal di desa nelayan kecil di Pulau Lamma, daerah yang disebut "Banyan Tree Bay" atau Teluk Pohon Beringin.
Ayah Ho, Ho Rih Hwa, yang seorang pengusaha sukses jatuh sakit pada 1981. Sebagai anak sulung, Ho mengambil alih bisnis keluarga. Setelah berbagai kegagalan, ia memutuskan untuk membangun mereknya sendiri.
Ho membeli tanah bekas tambang timah seluas 550 hektare di Teluk Bang Tao, Phuket, Thailand, pada 1984. Bersama istri dan saudaranya yang seorang arsitek, Ho merancang dan mengembangkan Laguna Phuket, resor terpadu pertama di Asia yang dibuka pada 1987.
Melanjutkan inovasinya, Ho membangun vila-vila mewah dengan kolam renang pribadi. Konsep tersebut belum ada pada waktu itu. Ho kembali membuka resor mewah Banyan Tree beserta spa-nya pada 1994.
Pada 2006, Banyan Tree Holdings Limited resmi tercatat di Bursa Efek Singapura. Sementara itu, Banyan Group diluncurkan sebagai merek induk portofolio multi-merek pada 2024.
Ho mengungkapkan cara perjuangannya kini telah berubah dibandingkan dengan masa lalunya sebagai aktivis. "Hal-hal yang pernah saya lakukan tidak bisa dilakukan terus-menerus. Anda akan masuk penjara secara permanen dan itu juga tidak efektif. Namun, apa yang ingin kami lakukan dalam hal perubahan sosial, saya rasa kami benar-benar melakukannya melalui Banyan Tree," tuturnya.
Artikel ini telah tayang di detikProperti. Baca selengkapnya di sini!
(hsa/hsa)











































