Bekerja di sif malam telah menjadi kebutuhan bagi banyak sektor, seperti kesehatan, keamanan, dan industri manufaktur. Meskipun memberikan fleksibilitas dalam penyediaan layanan 24 jam, pekerjaan pada jam-jam yang tidak konvensional ini sering menimbulkan kekhawatiran terkait kesehatan dan kesejahteraan jangka panjang.
Salah satu pertanyaan yang muncul adalah apakah bekerja di shift malam mempengaruhi angka harapan hidup seseorang. Berikut dampak negatif yang bisa ditimbulkan dari bekerja sif malam.
1. Gangguan Ritme Sirkadian
Bekerja di malam hari mengharuskan tubuh terjaga saat seharusnya beristirahat, yang dapat mengganggu ritme sirkadian, yaitu jam biologis alami tubuh yang mengatur siklus tidur dan bangun. Penelitian menunjukkan gangguan pada ritme sirkadian dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, seperti kelelahan kronis, gangguan tidur, serta peningkatan risiko penyakit jantung, obesitas, dan diabetes.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
2. Peningkatan Risiko Penyakit
Studi juga menunjukkan pekerja shift malam berisiko lebih tinggi mengalami masalah kesehatan serius. Gangguan tidur yang dialami akibat shift malam dapat mengganggu regenerasi sel dan proses pemulihan tubuh. Selain itu, ada hubungan antara kerja malam dan peningkatan risiko terkena kanker, terutama kanker payudara dan prostat. Paparan cahaya di malam hari diduga menekan produksi melatonin, hormon yang membantu melindungi tubuh dari kanker.
3. Pengaruh Terhadap Kesehatan Mental
Selain dampak fisik, sif malam juga dapat mempengaruhi kesehatan mental. Stres, gangguan suasana hati, dan depresi lebih umum ditemukan pada pekerja malam karena ketidakseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan sosial. Isolasi sosial serta ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari juga dapat berkontribusi terhadap gangguan psikologis ini.
4. Pengaruh pada Angka Harapan Hidup
Dengan berbagai risiko kesehatan yang terakumulasi, tidak mengherankan jika pekerjaan sif malam dapat mempengaruhi angka harapan hidup. Penelitian menyebutkan pekerja sif malam, terutama mereka yang melakukannya dalam jangka panjang, cenderung memiliki angka harapan hidup yang lebih rendah dibandingkan pekerja dengan jadwal kerja normal. Namun, dampak ini sangat dipengaruhi oleh gaya hidup dan kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan jadwal tidur yang sehat.
Bagaimana Mengurangi Dampaknya?
Bagi mereka yang harus bekerja sif malam, ada beberapa cara untuk meminimalkan dampak negatifnya, seperti:
- Menjaga pola tidur yang konsisten meskipun bekerja di jam malam.
- Mengatur asupan makanan yang sehat dengan menghindari makanan berat pada larut malam.
- Menciptakan lingkungan tidur yang optimal, misalnya dengan menjaga kamar tetap gelap dan tenang.
Risiko Penyakit Kronis
Berikut sejumlah penyakit kronis yang dapat ditimbulkan dari sering bekerja sif malam.
- Penyakit Kardiovaskular: Tekanan darah dan kadar kolesterol yang lebih tinggi sering ditemukan pada pekerja malam.
- Diabetes Tipe 2: Pola makan dan tidur yang tidak teratur dapat memicu resistensi insulin.
- Kanker: Beberapa penelitian mengaitkan sif malam dengan peningkatan risiko kanker, terutama kanker payudara pada wanita.
- Gangguan Pencernaan: Kurangnya waktu tidur dan pola makan yang tidak teratur bisa mengakibatkan penurunan produksi enzim pencernaan, perubahan kadar hormon, dan perlambatan gerak usus. Kombinasi ini bisa menyebabkan sakit perut, seperti perut kembung, sembelit, diare, tukak lambung, hingga asam lambung.
- Depresi dan Gangguan Mood: Pekerja sif malam sering mengalami gejala depresi seperti merasa sedih, mudah marah, dan kelelahan. Mereka yang sering bekerja malam biasanya memiliki tingkat serotonin yang lebih rendah, padahal serotonin berperan dalam mengatur suasana hati.
Meskipun sif malam diperlukan dalam banyak sektor, penting bagi para pekerja untuk menyadari risiko kesehatannya. Upaya untuk meminimalkan dampak negatif ini dapat dilakukan dengan menjaga pola makan sehat, mengatur waktu tidur dengan ketat, dan melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin. Dengan manajemen yang tepat, dampak negatif kerja malam terhadap angka harapan hidup dapat diminimalisir.
Artikel ini ditulis oleh Vincencia Januaria Molo, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(hsa/hsa)