Mengenang Sang Maestro, Museum Nyoman Gunarsa Gelar Pameran Spesial

Klungkung

Mengenang Sang Maestro, Museum Nyoman Gunarsa Gelar Pameran Spesial

I Wayan Sui Suadnyana, I Putu Budikrista Artawan - detikBali
Minggu, 08 Sep 2024 15:59 WIB
Pemeran lukisan di Museum Seni Lukis Klasik Bali β€˜Nyoman Gunarsa’, Minggu (8/9/2024). Pemeran digelar untuk mengenang karya-karya sang maestro. (I Putu Budikrista Artawan/detikBali)
Foto: Pemeran lukisan di Museum Seni Lukis Klasik Bali 'Nyoman Gunarsa', Minggu (8/9/2024). Pemeran digelar untuk mengenang karya-karya sang maestro. (I Putu Budikrista Artawan/detikBali)
Klungkung -

Museum Seni Lukis Klasik Bali 'Nyoman Gunarsa' di Desa Takmung, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung, vakum selepas pemiliknya meninggal pada 10 September 2017. Keluarga Nyoman Gunarsa bersama Yayasan Indonesia kini menggelar pameran khusus untuk mengenang karya besar sang maestro.

Pameran khusus lukisan Nyoman Gunarsa digelar selama satu bulan penuh mulai Senin (9/9/2024). Ada ratusan lukisan klasik karya Nyoman Gunarsa yang dapat dinikmati oleh masyarakat.

Menurut Indrawati Gunarsa, istri almarhum, pameran diselenggarakan untuk mengenang sosok besar dalam dunia seni Indonesia sekaligus sebagai bentuk pertanggungjawaban sang maestro kepada masyarakat atas karya-karya dan koleksi museum. Berbagai koleksi museum meliputi barang-barang dari zaman purbakala hingga kerajaan serta ratusan lukisan pribadinya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Karya utama yang dipamerkan mencakup perjalanan panjang almarhum sebagai perupa yang menjadi kontribusi besar bagi seni dan budaya Indonesia," ujar Indrawati, Minggu (8/9/2024).

Indrawati mengungkapkan suaminya berkarya lebih dari setengah abad. Jumlah karya dari Nyoman Gunarsa juga tak terhitung jumlahnya. Beberapa ada yang telah dilelang, sementara yang lainnya masih tersimpan di museum, khususnya di bagian kontemporer Museum Gunarsa.

ADVERTISEMENT

Sebelum meninggal, Nyoman Gunarsa sempat melukis 10 potret Presiden Joko Widodo (Jokowi) meski dalam kondisi sakit. "Lima di antaranya kini berada di Istana Negara, dan lima lainnya dipajang di museum ini," tambah Indrawati.

Lukisan terakhir yang dikerjakan Nyoman Gunarsa adalah Jokowi sebagai dalang. Lukisan yang dibuat pada 2017 itu menggambarkan Jokowi sebagai dalang dengan presiden-presiden sebelumnya menjadi penabuh alat musik dengan karakteristik khas masing-masing.

"Gus Dur sebagai pemain seruling, Megawati yang menyukai seni menjadi penabuh gamelan, Soekarno dan Habibie yang visioner menjadi pemain kendang, dan SBY sebagai penabuh gong. Selain itu, ada juga menteri-menteri dan tokoh pewayangan yang turut ditampilkan," jelas Indrawati.

Indrawati mengungkapkan Lukisan itu sejatinya belum selesai dikerjakan karena sang maestro keburu dipanggil Sang Maha Kuasa. Lukisan tersebut baru mencapai 90 persen dan masih membutuhkan penguatan karakter.

Selain lukisan Jokowi mendalang, karya lain seperti lukisan besar Jokowi minum jamu juga dipamerkan.

Anak almarhum, I Gede Artison Andarawata, mengungkapkan semua koleksi lukisan Nyoman Gunarsa terawat dengan baik di museum. Menurutnya, merawat dan melestarikan museum dengan segudang koleksinya bukanlah perkara mudah. Terlebih, Museum Seni Lukis Klasik Bali tidak memiliki galeri komersial.

"Barang-barang seni hasil perburuan almarhum di Eropa, Belanda, dan Amerika tetap terawat dengan baik. Aktivitas seni karawitan di museum juga terus berlangsung, menjaga kehidupan museum yang didirikan sejak 1994 ini," kata pria yang akrab disapa Soni itu.

Museum ini, jelas Soni, bukan sekadar tempat penyimpanan benda kuno, tetapi merupakan harta karun yang melestarikan benda-benda bersejarah, budaya, dan seni. Selain itu, Museum Seni Lukis Klasik Bali juga memiliki koleksi tanaman obat dan tanaman upacara langka yang dapat membantu umat Hindu saat kesulitan mencarinya.




(iws/iws)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads