Terkuak Afek Samping Langka Vaksin COVID-19 AstraZeneca, Kemenkes Buka Suara

Terkuak Afek Samping Langka Vaksin COVID-19 AstraZeneca, Kemenkes Buka Suara

Nafilah Sri Sagita K - detikBali
Rabu, 01 Mei 2024 14:57 WIB
YOGYAKARTA, INDONESIA - JANUARY 13: A health worker prepares a dose of the AstraZeneca COVID-19 booster vaccine during the booster vaccination program on January 13, 2022 in Yogyakarta, Indonesia. While Southeast Asias vaccination programs have gathered pace, many countries in the region are yet to hit the high vaccination rates seen in developed nations. The emergence of Omicron in the region is adding to the urgency in countries like Indonesia, which has only fully vaccinated about 42 percent of its population as of last week, according to publicly available vaccination data. Some places in the region, such as Indonesia and Thailand, have rolled out a booster program alongside their primary vaccination programs in an attempt to aggressively bridge the gap. (Photo by Ulet Ifansasti/Getty Images)
Ilustrasi Vaksin Booster AstraZeneca. (Foto: Getty Images/Ulet Ifansasti)
Bali -

Vaksin COVID-19 AstraZeneca disebut memiliki efek samping langka yang bisa menyebabkan pembekuan daerah. Kementerian Kesehatan RI buka suara soal masalah itu.

Fakta mengenai efek samping vaksin COVID-19 itu terkuat dalam sidang gugatan class action di Inggris. Raksasa farmasi tersebut memberikan pernyataan dalam dokumen hukum yang diserahkan ke pengadilan Inggris, bahwa ada risiko kejadian langka thrombosis thrombocytopenia syndrome (TTS) yang berpotensi menyebabkan pembekuan darah.

Dilansir dari detikHealth, menanggapi hal itu Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI dr Siti Nadia Tarmizi memastikan hingga saat ini belum ada laporan kasus serupa di Indonesia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Masyarakat dinilai tidak perlu khawatir, vaksinasi AstraZeneca sudah disuntikkan ke lebih dari 1 miliar orang di dunia dan 'hanya' tercatat sekitar seribu kasus yang mengalami efek TTS. Mereka yang terkena efek pembekuan darah imbas TTS umumnya dilaporkan memiliki penyakit bawaan atau penyakit penyerta.

"Ini kejadian sangat jarang dan bisa dipengaruhi faktor ras, genetik. Di Indonesia belum ada laporan terkait TTS ini," kata Siti, dikutip detikHealth, Rabu (1/5/2024).

ADVERTISEMENT

Dia menegaskan vaksin tersebut telah mendapat izin edar di Indonesia. Vaksin tersebut juga sudah melalui empat tahap penelitian.

"Dan dilihat manfaatnya jauh lebih besar dari efek sampingnya. Jadi lebih banyak manusia yang selamat dari kematian dan sakit berat dibandingkan yang mengalami efek samping," sambung dia.

Meski begitu, dr Nadia menyebut efek samping dari vaksinasi tetap perlu diwaspadai. Karenanya, orang dengan kriteria kondisi hamil, hingga memiliki penyakit tertentu tidak disarankan ikut menerima vaksin COVID-19 tersebut.

Sebelumnya diberitakan, pengakuan raksasa farmasi AstraZeneca ini terungkap saat menjalani proses gugatan class action para penerima vaksin di Inggris. Mereka mengklaim mendapatkan efek buruk akibat suntikan AstraZeneca.

Kasus pertama diajukan tahun lalu oleh Jamie Scott, ayah dua anak, yang mengalami cedera otak permanen setelah terkena pembekuan darah dan perdarahan di otak. Dirinya kemudian tidak dapat bekerja setelah menerima suntikan AstraZeneca pada April 2021.

AstraZeneca sempat menentang klaim tersebut tetapi kemudian mengakui dalam sebuah dokumen hukum yang diserahkan ke pengadilan Inggris di Februari, bila vaksin COVID-19 mereka dapat memicu kasus TTS, meski sangat jarang terjadi.

Lima puluh satu kasus telah diajukan ke pengadilan Inggris, dengan korban dan keluarga yang berduka meminta ganti rugi yang diperkirakan mencapai 100 juta Euro.

Artikel ini telah tayang di detikHealth. Baca selengkapnya di sini!




(dpw/hsa)

Hide Ads