Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Klungkung segera membangun jembatan yang menghubungkan Nusa Ceningan dan Nusa Lembongan di Kecamatan Nusa Penida, Klungkung. Jembatan tersebut nantinya bisa dilalui mobil. Proses pembangunan jembatan dimulai dengan pembebasan lahan yang ditargetkan terealisasi tahun ini.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, dan Kawasan Permukiman (PUPRKP), I Made Jati Laksana, mengatakan anggaran yang disiapkan untuk pembebasan lahan sebesar Rp 9 miliar. Total, lahan yang akan dibebaskan sekitar 19 are atau 1.900 meter persegi.
"Perkiraan harga lahan di kawasan tersebut sekitar Rp 300 juta per are, tapi itu belum pasti nanti lihat berapa, yang jelas sudah dianggarkan Rp 9 miliar," kata Jati Laksana, kepada detikBali, Sabtu (16/3/2024).
Awalnya, Pemkab Klungkung meminta bantuan anggaran dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali untuk pembebasan lahan. Namun, belakangan Pemkab Klungkung menggunakan anggaran sendiri. Sementara, proses pembangunan akan dibantu Pemprov Bali dan pemerintah pusat. Sesuai perencanaan, jembatan akan memiliki panjang 400 meter dan lebar 9,5 meter.
"Diperkirakan menelan anggaran sekitar Rp 80 miliar, yang sudah diakomodasi Pemprov Bali dan diajukan ke pusat," terang Jati Laksana.
Untuk diketahui, selama ini Pulau Ceningan dan Lembongan hanya terhubung jembatan kecil yang dikenal dengan Jembatan Kuning. Jembatan tersebut hanya bisa dilalui pejalan kaki dan sepeda motor.
Walhasil, untuk membawa barang dengan skala besar, warga tidak punya pilihan selain menggunakan transportasi laut dengan biaya cukup tinggi.
"Selama ini kendaraan roda empat yang ada di Ceningan tidak bisa menyeberang ke Lembongan. Begitu juga sebaliknya karena jembatan kuning yang ada sekarang hanya bisa dilalui sepeda motor saja," ujar Jati Laksana.
Sementara itu, salah satu pelaku wisata di Nusa Lembongan, Arya, jika jembatan baru Ceningan-Lembongan itu terwujud, maka aktivitas perekonomian di dua pulau bakal lebih bergairah. Harga-harga barang di sana juga bisa lebih murah.
"Selama ini ada dermaga di Ceningan tidak berfungsi maksimal, tetap saja kirim barang lewat sampan tradisional, jadi biaya jauh lebih mahal dan tentu harga barang di pulau jauh lebih mahal dengan di Bali daratan," ujar Arya kepada detikBali melalui pesan singkat WhatsApp.
(hsa/hsa)