Hasil survei elektabilitas Wayan Koster dan I Nyoman Giri Prasta sebagai calon gubernur pada Pilgub Bali 2024 bersaing ketat. Dua kader PDIP itu bisa saja 'kawin paksa' untuk berduet.
Pengamat politik dari Universitas Pendidikan Nasional (Undiknas) Denpasar I Nyoman Subanda menilai Koster dan Giri Prasta bisa bersanding jika mereka mau. Hanya, selama ini ada kebiasaan tokoh dengan elektabilitas tinggi jarang mau untuk menjadi satu pasangan.
"Masalahnya sekarang apakah Koster yang akan direkomendasikan oleh PDIP atau Giri Prasta. Atau mungkin digabung istilah mereka 'kawin paksa', karena mereka sama-sama nggak mau berpasangan tapi ada kemungkinan 'kawin paksa' versi mereka," ujar Subanda saat dihubungi detikBali, Senin (12/2/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik itu juga melihat potensi kedua tokoh tersebut diusung oleh partai lain juga besar. Alasannya, Koster dan Giri bukan merupakan kader asli PDI Perjuangan.
"Kedua-duanya memang bukan asli PDIP, Koster-Giri bukan (dari awal jadi kader PDIP). Kecenderungan mereka diusung oleh partai lain ada kemungkinan. Tapi kalau independen susah ya," kata Subanda, Senin (12/2/2024).
Menurut Subanda, potensi konflik di internal PDIP Bali mulai terlihat dengan persaingan Koster dan Giri Prasta. Keduanya, menunjukkan tanda-tanda berseberangan.
"Dapat dikatakan hampir beberapa kegiatan seperti menunjukkan mereka berseberangan, sudah memperlihatkan itu," ucapnya.
Pun demikian, Subanda menilai Koster masih memiliki peluang besar untuk mendapatkan rekomendasi dari PDIP maju di Pilgub Bali. Giri Prasta, lanjutnya, bisa dicarikan alternatif lain seperti diberi jabatan menjadi Ketua DPD PDIP Bali menggantikan Koster.
"Bisa jadi karena ia incumbent bisa jadi peluangnya tinggi direkomendasikan. Dan itu saya kira rasional dan sangat masuk akal, itu sudah dilakukan oleh semua partai," ujar Subanda.
Sebab, biaya politiknya lebih tinggi, dan juga energi yang dikeluarkan tidak begitu banyak. "Karena mereka sudah mengakar pakai instrumen incumbent sangat sulit dikalahkan," lanjutnya.
Meski begitu, Subanda mengatakan dinamika pilkada masih bergantung pada hasil pilpres dan pileg. Sebab, ada kaitannya dengan keberhasilan meraup suara di daerah masing-masing.
Diketahui, Wayan Koster dan I Nyoman Giri Prasta bersaing ketat pada hasil survei elektabilitas calon gubernur Pilgub Bali 2024. Analisis menyebut keduanya mungkin tak mau bergabung jadi satu paket.
Survei Archi Indonesia (Archi Research Strategic Consulting) menyebutkan elektabilitas Koster sebesar 18,2 persen dan Giri Prasta 15,9 persen. Diikuti tokoh muda Bali, Anak Agung Manik Danendra di urutan ketiga 14,7 persen.
Analis Archi Indonesia perwakilan Bali Ali Imran mengatakan jika melihat tren dalam 5 hingga 10 tahun terakhir, kemungkinan besar Koster akan pecah kongsi dengan Giri Prasta. Sebab, bakal calon dengan elektabilitas di atas 10 persen, biasanya tak mau bergabung.
"Misalnya, Pak Koster itu tidak mungkin mengajak Giri Prasta tandem kalau survei Giri Prasta di atas 10 persen," ungkap Ali Imran, Selasa (6/2/2024).
(dpw/gsp)