Kebakaran Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Suwung menyisakan masalah baru di Denpasar, Bali. Volume sampah di sungai meningkat signifikan setelah TPA itu terbakar dalam waktu yang cukup lama.
"Pasca-kebakaran di TPA Suwung rata-rata peningkatan volume sampah di semua jaring sampah hingga 20 kg," kata Kabid Sumber Daya Air Dinas PUPR Kota Denpasar Gandhi Dananjaya Suarka saat dihubungi detikBali, Senin (20/11/2023).
Gandhi mengungkapkan semua jaring sampah yang dipasang di sungai, berisi sampah yang cukup banyak. Volumenya meningkat dibanding sebelum TPA Suwung terbakar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menjelaskan, selama ini total volume sampah di 21 jaring sampah berkisar 127 kg per hari.Adapun jenis sampah yang paling banyak ditemukan di jaring sampah di antaranya botol plastik, styrofoam, bantal, dan kasur.
Selain itu, ada juga alat-alat upakara yang sudah tidak terpakai hingga rak telur.
"Penyebabnya (kenaikan volume sampah di sungai) karena masyarakat kesulitan dalam membuang sampah yang sudah menumpuk di rumahnya," ungkapnya.
Meskipun TPA Suwung sudah beroperasi normal, lanjut Gandhi, seringkali kali masyarakat masih membuang sampahnya langsung ke sungai.Menurutnya, hal tersebut disebabkan oleh budaya serta paradigma masyarakat yang menganggap bahwa sungai merupakan tempat pembuangan sampah.
Baca juga: Ragam Cara Selamatkan Bali dari Sampah |
"Kami rutin setiap harinya mengambil sampah-sampah yang ada di jaring-jaring sampah dan membersihkan got-got atau parit-parit drainase kota," terangnya.
Di sisi lain, Gandhi pun meminta masyarakat untuk berhenti membuang sampahnya ke sungai. Sebab, sungai merupakan sumber kehidupan, keseimbangan alam, hingga sumber air minum.
"Jangan sekali-kali membuang sampah ke sungai karena apabila musim hujan dengan intensitas deras dan lama maka, akan banjir dan meluber ke pemukiman penduduk, dan akan membuat masyarakat tidak nyaman," imbuhnya.
(dpw/gsp)