Keresahan Komang Sudiarta melihat sampah di Bali membuat ia mendirikan Malu Dong Buang Sampah Sembarangan pada 2009. Saat itu, pria yang pernah bekerja di kapal pesiar di Amerika Serikat dan bidang konfeksi di Australia tersebut ini ingin mengkampanyekan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.
Sudiarta berpendapat masih banyak masyarakat yang abai terhadap sampah. Bahkan, dari lingkungan terkecil yaitu rumah. "Padahal, kalau bukan kita, siapa lagi?" tuturnya kepada detikBali, di rumahnya, Denpasar, Bali, Rabu (1/11/2023).
Menurut Sudiarta, masyarakat masih belum bisa memilah sampahnya sendiri. Dampaknya, terjadi penumpukan sampah di tempat penampungan sementara (TPS) dan tempat pembuangan akhir (TPA).
Apa yang disampaikan oleh Sudiarta terlihat saat TPA Suwung terbakar pada Kamis (12/10/2023). Terbakarnya TPA di Denpasar itu mengakibatkan sejumlah TPS di Ibu Kota Provinsi Bali itu penuh sampah.
Data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebutkan volume timbulan sampah di Pulau Dewata sepanjang 2022 mencapai 1,02 juta ton. Jumlah itu meningkat dibandingkan setahun sebelumnya yang hanya 915,5 ribu ton timbulan sampah.
![]() |
Komunitas Malu Dong Buang Sampah Sembarangan mempunyai sejumlah program. Salah satunya adalah memberikan edukasi pengolahan sampah di desa-desa.
Sudiarta dan relawan Malu Dong Buang Sampah Sembarangan juga memberikan pendidikan serupa kepada pelajar. Mulai dari siswa TK hingga SMA. Tagline yang dibuat oleh Malu Dong adalah #EdukasiDenganAksi.
Komunitas Malu Dong Buang Sampah Sembarangan juga memiliki kegiatan bersih-bersih. Misalkan, membersihkan Pantai Mertasari, Denpasar, Bali, setiap pukul 17.00 Wita, Minggu. Tujuannya, memberikan contoh kepada para pengunjung pantai agar tidak mengotori laut.
Sudiarta menjelaskan Malu Dong Buang Sampah Sembarangan bisa mendapatkan puluhan kantong berisi sampah saat bersih-bersih Pantai Mertasari. Komunitas tersebut biasanya dibantu oleh relawan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sudiarta merogoh koceknya sendiri untuk mendanai kegiatan Malu Dong Buang Sampah Sembarangan. Pria berusia 56 tahun ini memiliki usaha konfeksi di Denpasar.
"Kalau kami, go ahead. Jalan dulu, uangnya nanti belakangan," kata pria yang akrab disapa B'mo ini sambil tersenyum.
Salah satu komunitas yang pernah diajak berkolaborasi bersih-bersih dengan oleh Malu Dong Buang Sampah Sembarangan adalah komunitas pecinta alam Bhuana Satya. Dua komunitas itu membersihkan gunung.
"Kami sempat diajak untuk bersih-bersih sambil mendaki Gunung Adeng pada 2018," ungkap salah satu pendiri Bhuana Satya, I Made Andy Prawira Satya.
Artikel ini ditulis oleh Zahwadiva Sosiawan Putri, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(gsp/iws)