Warga Jembrana, Bali, diimbau untuk mewaspadai penyakit demam berdarah dengue (DBD). Penyakit ini biasanya melonjak pada pergantian musim kemarau ke awal musim hujan.
Kepala Dinas Kesehatan Jembrana Made Dwipayana mengatakan kasus DBD di Jembrana tahun ini menjadi yang tertinggi dalam lima tahun terakhir. Hingga Oktober 2023, tercatat sudah ada 424 kasus, naik dibanding 2022 yang mencapai 347 kasus.
"Kita memang patut mewaspadai peralihan musim. Terutama penyakit DBD biasanya muncul ketika kondisi saat ini," ungkap Dwipayana dikonfirmasi detikBali, Minggu (5/11/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dinkes mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dengan menerapkan langkah antisipasi seperti pemberantasan sarang nyamuk (PSN), mengingat iklim yang ekstrem sehingga mempengaruhi pola kembang biak nyamuk yang lebih cepat.
"Langkah PSN Ini untuk mengantisipasi atau mencegah nyamuk aedes aegypti berkembangbiak lebih banyak," kata Dwipayana.
Dwipayana menyebutkan lonjakan kasus DBD di Jembrana tahun ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain perubahan iklim yang ekstrem, siklus lima tahunan, dan tingginya mobilitas penduduk pasca pandemi.
"Perubahan iklim ekstrem yang terjadi saat ini cenderung menyebabkan laju percepatan kembang biak nyamuk Aedes Aegypti semakin masif. Jika dulunya nyamuk berkembang biak dalam waktu beberapa pekan, kini kurang dari 10 hari sudah menjadi nyamuk dewasa," papar Dwipayana.
Selain itu, mobilitas penduduk pasca pandemi juga sangat mempengaruhi laju migrasi virus dari satu daerah ke daerah lain.
"Nyamuk yang menggigit warga terinfeksi DBD ini kemudian menggigit yang belum terinfeksi. Sehingga mobilitas ini juga sangat berpengaruh terhadap melonjaknya kasus tahun ini," imbuhnya.
(dpw/iws)