SMK PGRI II Badung mampu merakit mobil listrik dengan biaya Rp 140 juta. Siswa sekolah tersebut membuat mobil setrum itu hanya satu bulan.
Kepala SMK PGRI II Badung Gusti Ketut Sukadana menuturkan ide awal perakitan mobil listrik ini berawal dari tujuan media belajar bagi muridnya. Siswa SMK tersebut juga sudah beberapa kali mengunjungi pabrikan mobil setrum untuk belajar dan praktik di sekolah.
"Kami kembangkan di sekolah agar siswa kami tahu, oh ini mobil listrik dan komponennya," tutur Gusti Ketut, Sabtu sore (26/8/2023).
Gusti Ketut mengeklaim meski komponen yang dipakai memanfaatkan limbah mobil bekas dan sejumlah perangkat pengganti lainnya, mobil listrik itu serupa dengan mobil setrum pabrikan. Adapun, biaya untuk merakit mobil listrik itu mencapai Rp 140 juta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Gusti Ketut, biaya perakitan menjadi murah karena menggunakan aki mobil sebagai pengganti baterai litium, dinamo, sampai kontroler. Meski pakai aki, mobil setrum itu bisa menempuh jarak 60 kilometer dengan kecepatan maksimal 110 kilometer per jam.
Adapun, daya aki itu hanya 2-3 jam. Sedangkan, masa pengisian daya mobil listrik itu mencapai enam jam.
Gusti Ketut menjelaskan mobil listrik itu menggunakan sasis bekas mobil Mitsubishi tahun 80-an. Tujuannya, agar bobot dan tarikan kendaraan itu lebih ringan.
Untuk desain, Gusti Ketut melanjutkan, melibatkan dosen dari Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar. "Sedangkan komponen dalam mulai mesin dan kelistrikan murni dilakukan siswa kami dan pendampingan gurunya," ujarnya.
Gusti Ketut memaparkan hasil karya siswanya tersebut sempat dipamerkan di berbagai ajang. Bahkan, Kementerian Perhubungan memberikan apresiasi atas usaha pengembangan mobil listrik ini.
Namun, belum ada rencana untuk memproduksi secara massal kendaraan setrum tersebut. "Karena ini untuk pembelajaran sekolah," katanya.
Gusti Ketut menambahkan masih berupaya memperbaiki mobil listrik tersebut. Misalkan, bobotnya dan tarikan kendaraan setrum itu.
Salah satu siswa yang merakit mobil listrik tersebut Kadek Dwipayana menuturkan mobil itu sudah bisa digunakan hingga jarak 60 kilometer. "Di awal masih banyak trouble (masalah), tapi kami coba berulang kali sampai akhirnya bisa diuji coba," ungkapnya, Sabtu sore (26/8/2023).
(gsp/gsp)