Ratusan hektare lahan pertanian di Kabupaten Karangasem, Bali, tidak bisa ditanami lantaran terdampak bencana beberapa waktu lalu. Musababnya, saluran irigasi menuju lahan pertanian tersebut terputus.
"Sehingga 730,01 hektare lahan pertanian tersebut untuk sementara tidak bisa ditanami padi, jagung, ketela, dan yang lainnya dalam waktu dekat. Karena tidak ada air yang bisa masuk ke lahan tersebut," kata Kepala Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Kabupaten Karangasem I Nyoman Siki Ngurah, Minggu (23/7/2023).
Dari luas tersebut, Siki Ngurah melanjutkan, 123 hektare lahan pertanian di antaranya tertimbun material longsoran. Kondisi tersebut membuat petani di Gumi Lahar, sebutan Karangasem, merugi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Siki Ngurah, Kecamatan Sidemen menjadi wilayah paling terdampak akibat bencana beberapa waktu lalu. Di wilayah tersebut, 228,35 hektare dari delapan subak atau kelompok petani terkena dampak.
"Sebagian besar lahan pertanian yang ada di Kabupaten Karangasem terdampak bencana alam. Hanya nihil di Kecamatan Kubu yang memang tidak ada yang dilanda bencana pada awal Juli ini," kata Siki Ngurah.
Siki Ngurah menuturkan beberapa anggota subak yang terdampak sudah melakukan perbaikan saluran irigasi secara gotong royong. Ia berharap warga bisa segera kembali beraktivitas di lahan pertanian masing-masing.
"Kami juga sudah datangi langsung lahan pertanian yang terdampak. Nanti akan kami carikan solusi yang terbaik supaya para petani segera bisa melakukan penanaman kembali," tandasnya.
Sebelumnya, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bali mencatat ada 243 titik bencana akibat cuaca buruk di seluruh wilayah Bali pada awal pekan Juli lalu. Di Karangasem, bencana banjir dan longsor juga mengharuskan puluhan warga di Desa Tribuana dan Desa Sidemen mengungsi. Bahkan, tiga nyawa melayang tertimbun longsor di Banjar Dinas Ngis Kaler, Desa Tribuana, Kecamatan Abang, Karangasem.
Puluhan Hektare Sawah Terancam Puso di Klungkung
Sementara itu, sekitar 75 hektare sawah milik Subak Lepang di Kabupaten Klungkung, Bali, juga terancam puso. Sebab, saluran irigasi yang mengairi subak tersebut jebol pada Rabu (19/7/2023).
Kelihan Subak Lepang Putu Gede Winaya mengungkapkan saluran irigasi subak tersebut tersumbat hingga meluber. Warga pun terpaksa menutup saluran irigasi tersebut lantaran air tidak bisa mengalir.
"Setelah kami cek bersama warga subak, ternyata gorong-gorong mampet dan setelah diinjak ternyata sudah ambrol. Sehingga terpaksa air dibuang ke sungai dan saluran ditutup sementara," kata Winaya, Jumat (21/7/2023).
Menurutnya, lahan pertanian Subak Lepang saat ini sedang membutuhkan air karena sebagian petani sedang dalam proses menanam. Ada pula yang usia tanamannya sudah satu bulan sehingga perlu pengairan.
"Nah, yang umurnya satu bulan ini bahaya, jika dibiarkan seminggu saja, dipastikan hasil padi akan puso. Ada gabahnya, tapi tidak ada isi di dalamnya karena kekurangan air. Kualitas dan kuantitas hasil berkurang," tandasnya.
(iws/iws)