Sejumlah peristiwa di Bali selama sepekan terakhir menarik perhatian pembaca detikBali. Salah satunya yang paling populer adalah aksi Restoran Baso A Fung menghancurkan mangkuk seusai insiden influencer Jovi Adhiguna makan bakso dengan kerupuk babi di sana.
Kemudian, ada deportasi warga negara Jepang istri pelatih surfing warga lokal, dan berita duka meninggalnya dokter di Buleleng yang harus dievakuasi menggunakan skylift. Berikut rangkumannya.
Baso A Fung Hancurkan Mangkuk
Manajemen Baso A Fung Bali memusnahkan seluruh peralatan makan di gerai mereka yang berada di area keberangkatan domestik Bandara I Gusti Ngurah Rai, Rabu (19/7/2023). Itu dilakukan seusai video kreator digital Jovi Adhiguna Hunter makan bakso campur kerupuk babi di gerai Baso A Fung viral dan dikecam warganet.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Total 88 pcs mangkuk (dihancurkan)," ungkap Manager Operasional A Fung Bali Moch Arlan Nabillah kepada detikBali melalui WhatsApp, Kamis (20/7/2023).
Menurut Arlan, manajemen ingin menunjukkan komitmen bahwa kedai bakso mereka sudah mengantongi sertifikasi halal. Melalui video yang dibagikan oleh akun Instagram basoafung, terlihat sejumlah pegawai Baso A Fung mengemas 88 mangkuk ke dalam kardus kemudian dibawa keluar area restoran.
Arlan mengeklaim video Jovi makan bakso campur kerupuk babi sejauh ini belum berdampak terhadap kunjungan konsumen ke gerai Baso A Fung. Menurutnya, pelanggan justru merespons positif penghancuran alat makan yang dilakukan manajemen Baso A Fung.
"Karena salah satu pelanggan ini bawa makanan nonhalal dari luar. Tidak ada kaitan dengan produk kami. Yang terkontaminasi hanyalah alat makan," tegasnya.
Sebelumnya, kreator digital Jovi Adhiguna Hunter dihujat netizen lantaran mencampurkan kerupuk babi saat makan bakso di restoran halal Baso A Fung di Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali, pada Minggu (16/7/2023). Jovi dan manajemen Baso Afung kemudian meminta maaf melalui akun media sosial masing-masing atas kejadian tersebut.
Warga Jepang Istri WNI Dideportasi
Seorang warga negara (WN) Jepang berinisial TT diusir alias dideportasi dari Bali, Kamis (20/7/2023) pagi. TT merupakan istri seorang instruktur surfing berkebangsaan Indonesia yang tinggal di Canggu, Bali.
Kepala Rudenim Denpasar Babay Baenullah mengungkapkan TT dipulangkan ke Negeri Sakura lantaran melanggar Pasal 78 ayat 3 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian. Menurutnya, Izin Tinggal Terbatas (Itas) Penyatuan Keluarga yang dikantongi TT hanya berlaku hingga 2 Mei 2021.
"Imigrasi tetap dapat melakukan Tindakan Administratif Keimigrasian (TAK) pendeportasian," ujar Babay melalui siaran pers, Kamis (20/7/2023)
Babay mengungkapkan suami TT menjadi penanggung jawab izin tinggal TT selama di Bali. Pasangan suami istri itu, kata Babay, tinggal di daerah Canggu, Badung.
Menurut Babay, TT menyadari bahwa Itas-nya bakal habis pada waktu itu. Pada 2021, Babay juga sempat mengurus perpanjangan izin tinggalnya melalui perantara sebuah perusahaan biro perjalanan.
Namun, perpanjangan izin tinggal tersebut ditolak lantaran TT sudah overstay lebih dari 60 hari. TT akhirnya menyerahkan diri ke Kantor Imigrasi (Kanim) Ngurah Rai pada 12 Juli 2023. Setelah diperiksa, TT ternyata sudah overstay selama 2 tahun 2 bulan dan 11 hari.
Dokter yang Dievakuasi Skylift Meninggal
Dokter Made Widi Adnyana mengembuskan napas terakhirnya Rabu (19/7/2023). Pria berusia 52 tahun itu meninggal dunia pukul 10.00 Wita di ruang Intensive Care Unit (ICU) RSUD Buleleng setelah dua hari dirawat intensif.
Widi sempat menarik perhatian warga. Sebab, perlu alat berat, skylift, milik Dinas Perhubungan Buleleng saat mengevakuasi dokter tersebut ke rumah sakit pada Senin (17/7/2023).
Direktur RSUD Buleleng Arya Nugraha menerangkan Widi meninggal dunia dengan diagnosis asam urat kronis disertai dengan infeksi. "Pasien (Widi) mengalami rematik asam urat menahun dengan kekakuan dan nyeri hebat. Hal itu mengakibatkan terjadinya imobilisasi sehingga rentan infeksi," ujar Arya kepada detikBali, Rabu.
Arya menegaskan Widi tidak mengalami obesitas maupun menderita penyakit diabetes. "Diagnosisnya gangguan asam urat saja dengan komplikasi infeksi," ujar Arya.
Sebelumnya, pada Senin, Widi dievakuasi dari rumahnya yang berlantai dua oleh tim gabungan. Yakni, petugas medis RSUD Buleleng, Basarnas, Dinas Perhubungan (Dishub), dan dibantu aparat TNI/Polri. Proses evakuasi sempat membuat heboh warga sekitar karena menggunakan crane mobil PJU Dishub Buleleng.
Arya menjelaskan Widi terpaksa dievakuasi menggunakan alat berat karena kondisi yang tidak memungkinkan untuk evakuasi normal. Widi tidak bisa beraktivitas lantaran fisiknya yang lemah sejak setahun lalu. Selama itu pula, Widi hanya terbaring di tempat tidurnya di lantai dua rumah.
Menurut Arya, tandu yang dibawa tim medis saat mengevakuasi Widi dari kamarnya terkendala jalur yang sempit.
"Sebetulnya beliau tidak obesitas dan ini justru berat badan kurang. Kemarin kenapa menggunakan crane, semata-mata karena akses tandu sulit masuk ke rumah beliau di lantai dua," kata Arya.
(hsa/gsp)