Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Bali buka suara terkait celotehan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri yang meminta tari Bali tidak dipentaskan di hotel-hotel. Megawati menilai tarian Bali kehilangan jiwanya ketika dipentaskan tidak utuh.
Wakil Ketua Komisi III DPRD Bali I Gusti Ayu Diah Werdhi Srikandi mengatakan beberapa tarian Bali ada yang bersifat sakral. Menurutnya, tarian sakral berbeda dengan tarian Bali yang bisa dipentaskan di berbagai acara.
"Karena kalau (tampil) di hotel, tujuannya itu pasti dibayar kan. Kalau tari Bali konsepnya sudah dibayar, itu beda passion-nya," kata Diah kepada detikBali, Selasa (20/6/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Politikus PDIP itu menuturkan tari Bali dikenal memiliki taksu (spirit atau penjiwaan sang penari). Oleh karenanya, pertunjukan tari Bali perlu dibawakan oleh penari yang memahami taksu pada tarian tersebut.
Menurut Diah, penampil kesenian tradisional Bali di hotel-hotel juga memiliki motivasi yang berbeda dengan seniman yang mementaskan tari Bali untuk ngayah (persembahan) dalam upacara keagamaan di pura-pura. "Beda kalau kita menari yang benar-benar untuk meng-ajeg-kan Bali. Ngayah itu kan beda," imbuhnya.
Sebelumnya, Megawati meminta Gubernur Bali Wayan Koster untuk tidak lagi menggelar pementasan tari Bali di hotel. Ia beralasan tarian Bali akan terlihat secara fisik saja dan kehilangan jiwa seninya.
"Tadi di jalan saya bilang pada Pak Koster, tolonglah jangan tarian Bali dibawa-bawa ke hotel, saya tidak setuju," kata Megawati saat membuka Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-45 di Depasar, Bali, Minggu (18/6/2023).
Menurut Megawati, hal itu akan membuat seni tari kehilangan rohnya. Ia melihat saat ini tarian Bali hanya terlihat fisiknya dan kehilangan jiwanya. "Padahal itu mesti jadi satu, fisik dan jiwa," ungkapnya.
Koster pun buka suara terkait keinginan Megawati yang melarang pementasan tari Bali di hotel-hotel. Menurut Koster, mantan Presiden ke-5 RI itu tidak setuju jika yang dipentaskan di hotel adalah jenis tarian sakral. Ia menegaskan jenis tarian Bali yang profan atau bersifat tidak sakral masih bisa dipentaskan di berbagai tempat, termasuk hotel.
(iws/BIR)