Gubernur Bali Wayan Koster buka suara terkait keinginan Megawati Soekarnoputri yang melarang pementasan tari Bali di hotel-hotel. Menurut Koster, mantan presiden ke-5 RI itu tidak setuju jika tarian sakral dipentaskan ke hotel. Ia menegaskan jenis tarian Bali yang profan atau bersifat tidak sakral masih bisa dipentaskan di berbagai tempat, termasuk hotel.
"Oh, maksudnya kan tari-tarian berkaitan dengan tradisi upakara jangan dikomersilkan. Tentu harus ada tari-tari yang memang untuk bisa dibawa ke hotel," jelas Koster setelah menghadiri sidang paripurna DPRD Provinsi Bali di Gedung DPRD Bali, Senin (19/5/2023).
Koster tak banyak berkomentar mengenai keinginan Ketua Umum PDIP sejak 1999 itu. Ia hanya menjelaskan dan meluruskan maksud dari perkataan Megawati.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kan tari-tarian ciptaan (kreasi), bukan tari-tari tradisi," imbuh Koster sembari berjalan menuju mobil.
Megawati meminta Koster untuk tidak lagi menggelar pementasan tari Bali di hotel. Ia beralasan tarian Bali akan terlihat secara fisik saja dan kehilangan jiwa seninya.
"Tadi di jalan saya bilang pada Pak Koster, tolonglah jangan tarian Bali dibawa-bawa ke hotel, saya tidak setuju," kata Megawati saat membuka Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-45 di Depasar, Bali, Minggu (18/6/2023).
Menurut Megawati, hal itu akan membuat seni tari kehilangan rohnya. Ia melihat saat ini tarian Bali hanya terlihat fisiknya dan kehilangan jiwanya. "Padahal itu mesti jadi satu, fisik dan jiwa," ungkapnya.
Megawati mengungkapkan saat ini sudah tidak ada lagi maestro tari Bali. Ia pun teringat dengan maestro tari Kebyar Duduk atau Kebyar Terompong yang pertama kali ditampilkan pada 1925 oleh seniman asal Tabanan, I Ketut Marya atau yang populer dengan nama I Mario.
"Maestro guru yang mumpuni, saya sudah lupa ada Mario, Kebyar Terompong. Aduh kalau saya lihat luar biasa dia, kan bisa lompat melewati gamelan dengan berjongkok. Itu perlu disiplin, perlu diajarkan dan perlu dedikasi," imbuh Mega.
(iws/iws)