Kelompok Pelestari Penyu Tambak Sari menyebut 21 ekor penyu hijau sitaan Polairud Polda Bali yang dititipkan Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Bali di tempat penangkaran di Tanjung Benoa, Kuta Selatan, Badung, terkendala biaya pakan selama masa pemulihan. Made Sutama (45), relawan tempat penangkaran mengaku butuh biaya yang tidak sedikit untuk memberi makan 21 ekor penyu hijau tersebut.
Padahal, Sutama menyebut siap menampung penyu-penyu sitaan tersebut. Dengan catatan, BKSDA ikut berkontribusi dalam membiayai pakan mereka. Berdasarkan hitung-hitungannya, total kebutuhan pakan 21 ekor penyu tersebut sebesar Rp 9 juta per bulan.
"21 ekor penyu itu kurang lebih butuh 10 kampil per hari. Harga 1 kampil seberat 10-15 kilogram sebesar Rp 30 ribu. Kalikan 30 hari, kurang lebih Rp 9 juta. Itu kebutuhannya dalam sebulan," ujar Sutama ditemui detikBali, Rabu (3/5/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika harus menanggung biaya makan 21 ekor penyu tersebut seorang diri, Sutama jelas angkat tangan. Sebab, selain biaya pakannya yang tinggi, mencari rumput laut sebagai bahan makanannya pun sulit. "Kemarin belum ada pembahasan itu. Saya berharap ada lah kontribusinya itu BKSDA," ungkapnya.
Tidak cuma soal pakan, menurut Sutama, BKSDA juga tidak memastikan berapa lama penyu-penyu hijau itu akan dititip. Apabila dititip sampai pulih hingga dilepasliarkan, maka dia memproyeksikan periodenya bisa satu tahun atau lebih.
Saat ini, kondisi penyu tersebut membaik. Namun, ada beberapa ekor penyu yang memiliki luka parah, seperti cangkangnya dan siripnya yang terluka. "Kalau mau sampai pulih dan bisa dilepas itu lama, bisa satu tahun lebih," katanya.
"Kami kembalikan ke pemda (BKSDA). Kalau mau dirawat di sini, kami siap. Tapi kendala biaya pada pakan, karena mereka ini murni makan rumput laut. Kalau di alam jelly fish atau ubur-ubur," terang Sutama.
(BIR/hsa)