Melihat Tradisi Megibung Menyama Ala Bali di Masjid Kampung Angantiga

Badung

Melihat Tradisi Megibung Menyama Ala Bali di Masjid Kampung Angantiga

Agus Eka Purna Negara - detikBali
Sabtu, 29 Apr 2023 19:33 WIB
Makan bersama di dalam Masjid Baiturrahman Kampung Angantiga, Desa Petang, Badung, dalam perayaan Ketupat Lebaran, Sabtu (29/4/2023).
Foto: Makan bersama di dalam Masjid Baiturrahman Kampung Angantiga, Desa Petang, Badung, dalam perayaan Ketupat Lebaran, Sabtu (29/4/2023). (Agus Eka/detikBali)
Badung -

Sepekan perayaan Hari Raya Idul Fitri 1444 Hijriah berlalu. Sejumlah daerah di Kabupaten Badung, Bali menggelar Lebaran Ketupat sesuai adat kebudayaan yang berlaku di masing-masing tempat.

Masing-masing daerah memiliki cara tersendiri dalam merayakan Lebaran Ketupat. Seperti di kampung muslim Angantiga, Desa Petang, Kecamatan Petang, Badung.

Warga kampung melaksanakan makan bersama di dalam Masjid Baiturrahman dengan hidangan ketupat sebagai menu utama. Perayaan ini dinamai "Megibung Menyama".

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami merayakannya (Lebaran Ketupat) sederhana seluruh warga kampung. Yang paling utama dari perayaan ini adalah berdoa bersama dipimpin sesepuh kampung," kata Kepala Kampung Angantiga, M Ramsudin (48).

Soal Megibung Menyama, Ramsudin mengakui bahwa tradisi makan bersama di Bali yang umum dikenal megibung juga diadopsi di momen perayaan ketupat Lebaran. Sementara kata "Menyama" dalam Bahasa Bali artinya bersaudara.

ADVERTISEMENT

Menurut Ramsudin, Megibung Menyama diartikan sebagai momen makan bersama saat ketupat Lebaran. Sedangkan para kerabat dan warga kampung yang terlibat di dalamnya sudah sebagai saudara.

"Jadi momen mempererat kebersamaan kami sebagai warga di satu kampung. Semua saudara, bahkan dengan warga Hindu yang kamu bertetangga itu sudah satu kesatuan," jelas Ramsudin, Sabtu (29/4/2023).

Perayaan ketupat Lebaran di Angantiga diawali dengan saling mengunjungi tetangga dan kerabat bersilaturahmi sambil membawa ketupat yang telah dimasak, sehari sebelumnya.

Masak-memasak juga dilakukan para ibu-ibu di tiap rumah. Masakan itu akan dibawa ke masjid untuk santap bersama esok paginya, dimulai sekitar pukul 08.00 sampai 09.30 Wita.

Saat harinya tiba, warga satu persatu datang ke masjid membawa aneka sajian. Selain tipat, warga juga ada yang memasak nasi kuning.

Seiring perkembangan, warga juga membuat aneka masakan seperti aneka lauk, opor, saur, kacang-kacangan, hingga sate lilit khas Bali.

"Jadi makan bersama itu yang disebut Megibung di Bali. Jadi sudah kami mengadopsi bagaimana kebiasaan dari turun-temurun bertahan sampai sekarang.

Selain ketupat, warga juga membuat bantal atau jajan ketan kukus. Ramsudin tidak tahu asal-usul warga juga membuat jajanan bantal saat perayaan tujuh hari setelah Idul Fitri ini.




(hsa/efr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads