Baku tembak antara tentara Saudan dan Paramiliter Rappid Support Forces (RSF) terus terjadi di Khartoum, ibu kota Sudan. Situasi ini menyisakan pilu bagi sejumlah mahasiswa Indonesia yang sedang menempuh pendidikan di negara Afrika tersebut.
Salah satu mahasiswa asal Desa Darek, Praya Barat Daya, Kabupaten Lombok Tengah bernama Danial Alya (33) mengaku saat ini kesulitan mendapat uang tunai atau cash.
"Ya kami kesulitan dalam mendapatkan uang cash. Sudah berapa hari ekonomi benar-benar lumpuh di sini," kata Danial via WhatsApp Rabu malam (19/4/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Danial toko-toko logistik di Kota Khartoum hampir seluruhnya tutup. "Yang buka hanya bisa dihitung jari," katanya.
Sejak awal perang KBRI ataupun pemerintah setempat mengimbau kepada seluruh warga untuk selalu tinggal di rumah. "Ada perintah kalau bisa jangan keluar dalam kondisi apapun," katanya.
Larangan keluar rumah itu diberlakukan karena seringkali terjadi peluru nyasar ke tempat tinggal para mahasiswa di Kota Khartoum.
"Sering itu ada peluru nyasar. Militer RSF juga menembak pesawat militer Sudan yang terbang. Jadi situasi itu mencekam. Kurang lebih seperti itu," kata mahasiswa S2 jurusan Bahasa Arab tersebut.
Bahkan, kedua kubu ini saling menyerang dan berusaha menguasai Kota Khartoum. Kondisi itu pun menyulitkan para WNI untuk melakukan aktivitas perkuliahan.
Diberitakan sebelumnya, Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kementerian Luar Negeri Judha Nugraha mengungkapkan Kementerian Luar Negeri (Kemlu) dan KBRI Khartoum terus memonitor situasi dan menjalin komunikasi dengan para WNI di Sudan.
"Pada 16 April 2023 telah adakan silahturahmi secara virtual antara Kemlu, KBRI Khartoum bersama para WNI di Sudan. Pertemuan bertujuan memberikan update situasi keamanan terakhir di Sudan dan langkah langkah perlindungan WNI," kata Judha melalu pesan singkat.
Judha menyebutkan hingga saat ini belum ada korban WNI yang ditimbulkan konflik tersebut. Kemlu telah melakukan dropping logistik untuk WNI yang terjebak di daerah tersebut.
"Hingga saat ini tidak ada WNI yg menjadi korban konflik bersenjata di Sudan. KBRI telah memberikan bantuan logistik kepada WNI yang membutuhkan dan menyediakan layanan hotline KBRI jika ada situasi kegawatdaruratan," kata Judha.
(hsa/gsp)