Danial Alya (33), mahasiswa pasca-sarjana asal Desa Darek, Kecamatan Praya Barat Daya, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), mungkin tidak pernah mengira akan mengalami kejadian pahit di tempatnya menimba ilmu. Ia terjebak perang antara tentara Sudan dan Rapid Support Forces (RSF) dalam perebutan kekuasaan kepemimpinan militer.
Perang pecah di Khartoum, ibu kota Sudan, dan merenggut lebih dari 185 nyawa. Danial menggambarkan suasana di Khartoum mencekam sejak Senin (17/4/2023). Baku tembak terjadi selama berjam-jam.
Pesawat tempur lalu lalang melintasi langit atap tempat tinggalnya. Wajar, ia dan beberapa mahasiswa lainnya takut keluar rumah. "Ada suara ledakan pesawat tempur berkali-kali melewati atas rumah," tuturnya bercerita, Selasa (18/4/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tidak cuma itu, Danial juga menyampaikan listrik padam dan aliran air terhenti. Kondisi ini terjadi sejak bentrokan dua faksi utama rezim militer saling berebut kekuasaan pada Sabtu (15/4/2023).
"Tidak ada suplai bahan makanan. Pasokan kebutuhan sehari-hari pun semakin menipis," lanjutnya seraya mengadu bahwa beberapa rekannya dari Indonesia maupun negara lain sudah kehabisan stok pangan.
Mendengar cerita Danial, Humam Balya, sang kakak pun meminta KBRI Sudan untuk mengevakuasi sang adik ke negara yang lebih aman. Humam dan keluarga mengaku khawatir dengan kondisi Danial di tengah perang Sudan.
Humam meminta KBRI Sudan mengungsikan Danial, tanpa harus memulangkan sang adik ke tanah kelahirannya. "Ya, mudah-mudahan segera dievakuasi, karena konflik sudah masuk ke ibu kota," katanya.
"Kalau bisa jangan dipulangkan dulu, tapi dipindahkan ke negara yang aman. Sehingga, bisa melanjutkan pendidikan. Jadi, nanti mungkin skemanya bisa difasilitasi pemerintah," usul Humam kepada detikBali.
Ia juga meminta KBRI Sudan menaruh perhatian terhadap kondisi WNI di kota-kota yang terdampak perang.
"Kami (Humam dan Danial) sudah berbicara semalam dan di sana lagi susah makanan. WNI takut keluar rumah akibat konflik senjata," terang dia.
"Terakhir, kami komunikasi tadi malam dengan Danial. Kondisi logistik minim, terus juga mati lampu, air mati," lanjutnya bak kisah sang adik.
Sebelumnya, Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Judha Nugraha menyebut Kemenlu dan KBRI Khartoum terus memonitor situasi dan menjalin komunikasi dengan para WNI di Sudan.
"Pada 16 April 2023 telah diadakan silaturahmi secara virtual antara Kemenlu, KBRI Khartoum, bersama WNI di Sudan. Pertemuan ini bertujuan memberikan update situasi keamanan terakhir di Sudan dan langkah-langkah perlindungan WNI," tutur Judha.
"Hingga saat ini, tidak ada WNI yang menjadi korban konflik bersenjata di Sudan. KBRI menyediakan hotline KBRI jika ada situasi kegawatdaruratan," tandasnya.
(BIR/irb)