Provinsi Bali dipimpin oleh gubernur yang silih berganti. Gubernur Bali kurang lebih sudah 10 kali berganti sejak pertama kali dibentuk pada tahun 1950.
Berikut daftar dan profil dari Gubernur Bali pertama hingga saat ini yang dirangkum dari berbagai sumber.
1. Anak Agung Bagus Sutedja
Anak Agung Bagus Sutedja merupakan Gubernur Bali pertama yang lahir pada 1923. Sebelum menjadi provinsi Bali, Anak Agung Bagus Sutedja menjabat sebagai Kepala Daerah Bali yang merupakan bagian dari Provinsi Sunda Kecil.
Selain itu, Anak Agung Bagus Sutedja juga ditunjuk langsung oleh Soekarno, presiden Indonesia pertama, untuk menjadi pemimpin eksekutif di Bali. Ia menjabat dari 1950 hingga 1958, sebelum akhirnya Bali memperoleh status sebagai provinsi otonom.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
2. I Gusti Bagus Oka
Sejak Bali resmi menjadi bagian dari NKRI dengan status Provinsi Bali, terdapat seorang eksekutif yang memimpin di masa transisi ini, yakni I Gusti Bagus Oka. I Gusti Bagus Oka lahir di Karangasem, pada 26 Januari 1910.
Sebelum ditunjuk sebagai Gubernur Bali, I Gusti Bagus Oka memiliki karier yang cemerlang sebagai Bupati Rendang pada 1934-1938. Juga sebagai anggota dan sekretaris Paruman Agung, serta Pemimpin Sunda Kecil pada 15 Agustus 1950.
Dengan dibubarkannya Provinsi Sunda Kecil menjadi tiga wilayah administratif pada tahun 1958, I Gusti Bagus Oka ditunjuk sebagai Gubernur Bali pada masa transisi sebelum akhirnya pensiun dari pelayanan publik pada 1959.
3. Anak Agung Bagus Sutedja (Periode Kedua)
Setelah berakhirnya masa jabatan I Gusti Bagus Oka pada 1959, Anak Agung Bagus Sutedja kembali terpilih untuk menjadi Gubernur Bali. Namun, pemilihan ini tidak berlangsung dengan tanpa pertikaian.
Lantaran, dua pasangan calon yang bersaing berasal dari partai yang sama, yakni Partai Nasional Indonesia (PNI). Kedua paslon yang bersaing itu adalah I Nyoman Mantik dan Anak Agung Bagus Sutedja.
Namun, pilihan Soekarno sebagai presiden petahana saat itu tetaplah Anak Agung Bagus Sutedja yang sudah seperti tangan kanannya. Anak Agung Bagus
Sutedja memiliki kedekatan politik dengan Presiden Soekarno karena telah melaksanakan tugas pemerintahan di Bali sesuai dengan kebijakan pemerintah pusat.
Tidak disangka, kedekatan ini juga dapat menjadi bumerang politik saat terjadinya peristiwa G/30S/PKI. Peristiwa ini tidak hanya menjadikan Dewan Jenderal sebagai korban, tetapi juga orang-orang nasionalis yang dekat dengan Presiden Soekarno, salah satunya adalah Gubernur Bali.
Dikabarkan Anak Agung BagusSutedja menghilang di Jakarta pada 29 Juli 1966. Anak Agung Gede Agung BagusSutedja yang merupakan anak dari sang gubernur menyebutkan, "Ayah saya bukan anggotaPKI yang dapat dibuktikan dengan Surat Keterangan Nomor 351 Tahun 1989 yang menyatakan tidak terlibat gerakan 30 September."
4. I Gusti Putu Martha
Selanjutnya, Gubernur Bali keempat yang menggantikan posisi Anak Agung Bagus Sutedja adalah I Gusti Putu Martha. Pria kelahiran 1913 ini menjabat dalam waktu yang relatif singkat, yakni mulai tahun 1965 hingga 1967.
5. Soekarmen
Gubernur Bali selanjutnya adalah Brigjen (Purn) Soekarmen yang lahir di Blitar pada 1925. Soekarmen merupakan pemimpin Bali pertama yang berasal dari kalangan militer.
Ia terpilih menjadi gubernur pada 1 November 1967 dan disahkan oleh SK Presiden Republik Indonesia No.203/1967. Sebelum menjadi Gubernur Bali, Soekarmen menjabat sebagai Komandan Korem 163/Wirasatya di Denpasar.
Hingga saat ini, Soekarmen menjadi satu-satunya Gubernur Bali yang beragama non-Hindu (Islam) dan tidak berasal dari Bali. Soekarmen menjabat selama dua periode yakni pada tahun 1967-1971 dan 1971-1978 sebelum akhirnya digantikan oleh Prof. Dr. Ida Bagus Mantra.
6. Ida Bagus Mantra
Prof. Dr. Ida Bagus Mantra merupakan pria kelahiran asal Badung, 8 Mei 1928. Sebelum memulai kiprahnya dalam dunia perpolitikan, Ida Bagus Mantra adalah seorang tokoh di balik berdirinya Fakultas Sastra Udayana yang merupakan cabang dari Universitas Airlangga.
Seiring dengan berjalannya waktu, Universitas Udayana berkembang menjadi institusi pendidikan yang berdiri sendiri, dan Ida Bagus Mantra ditunjuk sebagai rektor pertama pada 1964-1968.
Setelah periode jabatan menjadi rektor usai, Ida Bagus Mantra dipercaya oleh pemerintah pusat untuk menjabat sebagai Direktur Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dalam kurun waktu 10 tahun.
Dengan jabatannya ini, ia menunjukkan kontribusi nyata bagi pembangunan Bali khususnya dalam bidang kebudayaan dengan dibangunnya Taman Budaya Denpasar (Art Center), renovasi beberapa pura terkenal, pembangunan sasana budaya, rehabilitasi museum, dan lainnya.
Atas jasa besarnya itu, pada 1978, Ida Bagus Mantra terpilih menjadi Gubernur Bali. Usahanya dalam menggiatkan kebudayaan Bali semakin gencar dilaksanakan.
Mulai dari adanya pameran budaya seperti Pesta Kesenian Bali (PKB) yang masih dipertahankan hingga kini, pengejawantahan falsafah Tri Hita Karana dalam kehidupan bermasyarakat Bali, pengembangan wisata berbasis budaya, menginisiasi adanya LPD dan masih banyak lagi.
Ida Bagus Mantra menjabat selama dua periode, mulai dari tahun 1978-1988. Setelah menyelesaikan tugasnya sebagai Gubernur Bali, ia melanjutkan pelayanannya sebagai Duta Besar Luar Biasa di India selama 3 tahun (1989-1992).
Pada 1993, ia diberi kepercayaan untuk menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung sebelum akhirnya menutup usia pada 10 Juli 1995 karena masalah kesehatan.
7. Ida Bagus Oka
Prof. Dr. Ida Bagus Oka merupakan Gubernur Bali ke-7 yang menjabat pada 1988 hingga tahun 1998. Pada masa pemerintahan Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie, Oka sempat menjabat sebagai Menteri Negara Kependudukan/Kepala BKKBN pada tahun 1998-1999. Dua tahun kemudian, pada 2001, ia diadili untuk kasus korupsi sebesar Rp 2,3 miliar dan dihukum selama 1 tahun.
8. Dewa Made Beratha
Dewa Made Beratha merupakan Gubernur Bali ke-8 yang menggantikan posisi Prof. Dr. Ida Bagus Oka. Ia menjabat selama dua periode yakni 1998-2003 dan 2003-2008.
Dewa MadeBeratha diusung oleh Partai PDI Perjuangan. Sebelum menjabat sebagai Gubernur Bali, Dewa MadeBeratha pernah menjabat sebagai BupatiBangli dan Sekda Bali.
9. I Made Mangku Pastika
Selanjutnya adalah Gubernur Bali ke-9, yaitu Komjen Pol (Purn) I Made Mangku Pastika. Mangku Pastika menjabat selama dua periode, yang dimulai pada 2008-2013 dicalonkan oleh Partai PDI Perjuangan.
Periode kedua pada 2013-2018 diusung oleh Partai Demokrat. Sebelum menempuh karier politik, Mangku Pastika memiliki karir yang cemerlang di kepolisian. Segudang prestasinya adalah sebagai Direktur Tindak Pidana Tertentu Markas Mulia Kepolisian Republik Indonesia, Kapolda NTT, Kapolda Irian Jaya, Kapolda Bali, dan menjadi Ketua Tim Investigasi Bom Bali.
Selain itu, ia juga pernah menangani beberapa kasus besar. Salah satunya adalah ikut menjadi tim BNN dalam pengungkapan pabrik ekstasi terbesar ketiga
di dunia yang berlokasi di Cikande, Tangerang, Banten.
10. Wayan Koster
Gubernur Bali terakhir yang masih menjabat hingga saat ini (2023) adalah Wayan Koster. Ia memimpin Bali bersama dengan Wakil Gubernurnya yaitu Tjok Oka Artha Ardhana Sukawati atau Cok Ace.
Beliau dilantik pada 2018 dan akan berakhir periode pemerintahannya tahun ini. Sehingga tahun depan, masyarakat Bali sudah harus bersiap-siap untuk memilih pemimpin baru pada pemilu serentak tahun 2024 nanti.
Demikian profil dari Gubernur Bali yang pertama hingga saat ini. Semoga bermanfaat!
Artikel ini ditulis oleh Ni Kadek Ratih Maheswari peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(nor/nor)