Profil Lengkap Gunung Gede dan Sejarah Letusan dari Masa ke Masa

Profil Lengkap Gunung Gede dan Sejarah Letusan dari Masa ke Masa

Dian Nugraha Ramdani - detikJabar
Rabu, 09 Apr 2025 13:34 WIB
Gunung Gede
Gunung Gede (Foto: Andhika Prasetia/detikcom)
Bandung -

Gunung Gede yang luasnya berpijak pada tiga wilayah setingkat kabupaten, yaitu Cianjur, Bogor dan Sukabumi baru-baru ini menunjukkan aktivitas vulkanik. Puluhan kali gempa vulkanik terjadi, yaitu gempa kecil yang getarannya hanya dirasakan warga yang tinggal di kaki gunung itu.

Gempa ini dikhawatirkan memicu erupsi freatik. Yaitu, erupsi berupa gas beracun. Erupsi freatik ini adalah hasil dari uap air yang dipanaskan oleh magma. Tekanan tinggi membuatnya keluar dari perut bumi. Karena itu aktivitas pendakian di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango itu ditutup.

Jauh sebelum orang-orang Eropa mendaki gunung ini, Gunung Gede telah disebutkan di dalam naskah Sunda Kuno, Bujangga Manik (akhir abad ke-15 M). Naskah itu menyebutkan Gunung Ageung, yang di dalam bahasa Sunda, 'Ageung' bersinonim 'Gede', artinya besar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sadatang ka Bukit Ageung, eta hulu Ci-Haliwung, kabuyutan ti Pakuan, sanghiang Talaga Warna" (setiba di Gunung Ageung, itu hulu Sungai Ciliwung, tempat suci dari Pakuan, danau suci Sanghyang Talaga Warna).

Bagaimana profil Gunung Gede dan sejarah letusannya? Simak artikel ini hingga tuntas yuk!

ADVERTISEMENT

Gunung Gede Sebagai Gunung Api

Gunung Gede merupakan gunung api tipe A. Gunung api tipe A, menurut SR. Wittiri dalam buku Mengenal Gunung Api Indonesia merupakan gunung yang pernah meletus atau meningkat kegiatannya sejak tahun 1600 M.

Wittiri mengatakan bahwa tahun 1600 dijadikan patokan penentuan tipe gunung oleh para ahli tidak jelas alasannnya. Namun, kemungkinan besar pada tahun-tahun itulah telah dimulai pencatatan aktivitas-aktivitas gunung api.

Gunung Gede sendiri telah berulang kali meletus. Akibat salah satu letusannya ini pula ibu kota Karesidenan Priangan (cikal bakal administratif Jawa Barat) dipindahkan dari Kabupaten Cianjur ke Kota Bandung.

Sekarang ini, Gunung Gede berketinggian 3.026 meter di atas permukaan laut (mdpl). Bagian puncak gunung ini berupa kawah yang menganga. Udara di puncak sangat dingin. Kabut sering kali menutupi pandangan jika cuaca kurang cerah.

Bagaimana Gunung Api Terbentuk?

Pernahkan kita bertanya bagaimana gunung api terbentuk? Dan jika kita mau mengambil hikmah dari terbentuknya gunung api, kita akan melihat ketabahan luar biasa dari pergerakan bumi yang hanya 6 cm per tahun.

SR. Wittiri dalam bukunya Mengenal Gunung Api Indonesia mengemukakan teori tektonik lempeng untuk menjelaskan bagaimana gunung api terbentuk.

"Bagian dari kulit bumi (litosfer) merupakan lempeng yang tegar (rigid) bergerak satu terhadap lainnya di atas suatu masa yang plastis (astenosfer) dengan kecepatan 4-6 cm setiap tahun. Bila kedua lempeng yang sifatnya berbeda bertabrakan, maka salah satu akan menukik ke dalam." (hal. 5)

Lebih jelas Wittiri menerangkan dengan istilah lempeng benua dan lempeng samudra. Jika suatu ketika kedua lempeng ini bertabrakan, maka lempeng samudra akan menukik ke dalam karena sifatnya lebih plastis dan punya kepadatan yang rendah.

Daerah tabrakan dua lempeng ini disebut 'zona tumbukan' atau zona subduksi. Di titik inilah terjadi pelelehan batuan akibat panas. Batuan yang melebur itu menjadi magma, yang kadang terpisah atau tercampur dengan elemen lain di kerak bumi yang dilaluinya.

"Keluar melalui rekahan yang terbentuk ketika tabrakan berlangsung dan akhirnya membentuk rangkaian gunung api," tulisnya.

Mengapa Gunung Api Meletus?

Magma atau batuan yang cair karena panas kemudian menjadi lebih ringan dibandingkan batuan yang dingin. Karenanya, magma akan bergerak naik ke permukaan. Perlahan tapi terus menerus, meski terkadang tidak mulus karena magma kehabisan energi atau terhalang batu di atasnya.

Cairan panas itu akan terus menunggu momen untuk bergerak ke permukaan bumi. Gempa bumi bisa jadi memuluskan perjalanan magma karena memecahkan batu penghalang jalurnya.

Wittiri menjelaskan, magma terbentuk pada kedalaman 10.000 meter. Cairan panas itu suhunya 1200 derajat celcius. Magma yang panas dan berada di lingkungan yang dingin sesuai dengan teori fisika, yaitu akan bergerak secara vertikal. Magma naik ke permukaan. Tapi, ketika tekanan di permukaan berkurang, magma akan bergerak dan menyebabkan retakan. Retakan inilah penyebab gempa vulkanik.

Jika tekanan di permukaan setimbang, maka magma akan berhenti bergerak dan akan menanti kesempatan berikutnya untuk meletus. Ada banyak faktor yang termasuk dalam 'tekanan' penyebab magma keluar.

Dikutip dari situs ditsmp.dikdasmen.go.id disebutkan "magma mengandung gas-gas vulkanik seperti uap air, karbon dioksida, dan belerang dioksida. Gas-gas ini terperangkap dalam magma yang berada di kedalaman bumi dan membentuk tekanan yang besar. Seiring bertambahnya endapan magma, tekanan gas meningkat dan terus mendesak menuju permukaan. Ketika tekanan ini mencapai titik maksimal, gunung berapi meletus untuk melepaskan energi tersebut."

Sejarah Letusan Gunung Gede

Iqbal Wahyu Taufani dalam studi yang dipublikasi situs UNIKOM, menerangkan letusan pertama Gunung Gede yang tercatat adalah pada tahun 1747. Letusannya teramat dahsyat. Gunung ini meletus lagi pada tahun 1761, 1780, dan 1832 dengan letusan kecil.

Terjadi kembali letusan yang amat dahsyat, yaitu pada tahun 1840 yang diikuti dengan 24 kali letusan sampai tahun 1957. Dalam rentang waktu tersebut, terjadi pemindahan ibu kota Karesidenan Priangan di Cianjur ke Bandung.

Dikutip dari berbagai sumber, Karesidenan Priangan dipindahkan dari Cianjur ke Bandung oleh Residen van der Moor setelah letusan Gunung Gede yang membuat prak-poranda pada tahun 1864. Ketika itu, Kota Bandung sudah ada, sebab menurut data, Kota Bandung berdiri berdasarkan besluit (surat kelulusan) tertanggal 25 September 1810.




(tya/tey)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads