Pengembangan Bandara Bali Tertunda, AP I: Kami Sudah Reklamasi

Pengembangan Bandara Bali Tertunda, AP I: Kami Sudah Reklamasi

Tri Widiyanti - detikBali
Rabu, 01 Feb 2023 21:48 WIB
Suasana di ujung timur lokasi diduga pengurukan atau reklamasi ilegal di Pantai Melasti, Kuta Selatan, Badung, Bali.
Ilustrasi. Angkasa Pura I menyebut pengembangan Bandara Bali sudah dikaji jauh sebelum pandemi, bahkan sudah dilakukan reklamasi pad 2018 lalu. (Agus Eka Purna Negara/detikBali).
Badung -

General Manager (GM) Angkasa Pura I Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali Handy Heryudithiawan mengungkap pengembangan Bandara Bali sudah dikaji jauh sebelum pesawat Airbus A380 milik maskapai Emirates bakal mendarat pertengahan tahun ini.

Menurut dia, alasan penundaan pengembangan bandara karena pandemi COVID-19. Bukan hal lain. "Kami sudah reklamasi pada 2018, kami sudah menghitung puncak kapasitas 24 juta penumpang," ungkap Handy, Rabu (1/2/2023).

Faktanya, puncak kapasitas penumpang mencapai 25 juta yang terjadi pada 2019 lalu. Tetapi, pandemi COVID-19 datang, rencana pengembangan bandara pun batal.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Nah, karena saat COVID-19 penumpang turun, anjlok, sisa 3,7 juta. Sementara, reklamasi sudah dilakukan, tapi nggak dilanjutkan konstruksinya, karena penumpang turun. Dan, revenue (pendapatan) turun," terang dia.

Adapun, lahan yang akan dibangun memperhitungkan lahan yang sudah direklamasi seluas 47,9 hektare (ha). Nantinya, lahan itu akan digunakan untuk perluasan terminal, parkir pesawat, taxiway, dan apron baru.

ADVERTISEMENT

Terkait anggaran, Handy mengaku tak tahu menahu lantaran masih tahap pengecekan. "Itu (anggaran) di pusat. Kami cek dulu, tapi kami komitmen untuk membangun," imbuhnya.

Ia juga mengaku tak tahu soal kelanjutan pembangunannya apakah akan berjalan tahun ini, mengingat Angkasa Pura I masih merancang.

"Kami masih hitung, kebutuhan berapa, bangunan, masih disiapkan. Nanti setelah itu selesai baru dilelang. Belum tahu waktunya, lantaran proses ini cukup panjang masih harus menunjukkan pemenang dalam hal ini kontraktor harus beli alat. Keputusan ada di Jakarta," tutupnya.

Sebelumnya, Juru Bicara Kemenhub Adita Irawati mendorong agar semua infrastruktur transportasi yang ada di Bali dikembangkan ketimbang membangun bandara baru.

"Kami melihat lebih baik mengintegrasikan semua dan mengembangkan semua infrastruktur transportasi yang ada (di Bali) dibandingkan membangun bandara baru untuk saat ini," jelasnya di Gedung DPR, Jakarta, dikutip detikFinance.

Memang, Adita menyampaikan kapasitas Bandara Ngurah Rai masih bisa ditingkatkan. Rencananya, kapasitas bandara akan ditingkatkan menjadi 35 juta penumpang per tahun pada tahun ini. Target itu tiga kali lipat dari kapasitas saat ini.

Mengenai pembangunan Bandara Bali Utara, Adita menuturkan pembangunannya tidak menjadi fokus pemerintah. Sebab, proyek itu telah dicoret dari daftar Proyek Strategis Nasional (PSN).

Apalagi, jika tidak ada aral melintang, maskapai Emirates berbodi lebar Airbus A380 akan mendarat pada pertengahan 2023 di Bandara Ngurah Rai. Karenanya, peningkatan kapasitas dan perpanjangan runway, termasuk pengembangan terminal dan apron, lebih utama.




(BIR/iws)

Hide Ads