Menteri BUMN Erick Thohir menargetkan pembangunan Rumah Sakit Internasional Bali di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sanur kelar pada November 2023.
Sementara, hotel yang juga akan meramaikan KEK Sanur rampung lebih cepat, yaitu pada Agustus 2023. Hal ini dikarenakan progres hotel di kawasan sudah mencapai 35,58 persen.
"Untuk pembangunan rumah sakit, kami percepat, kemarin delay (tertunda) 8 bulan untuk sinkronisasi KEK kesehatan. Jadi, proses izinnya saja 8 bulan. Padahal, tanda tangannya sudah 2021, izinnya baru keluar akhir 2022," kata Erick saat konferensi pers paparan progres KEK Sanur, Senin (16/01/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, ia optimistis KEK Sanur akan menarik minat masyarakat Indonesia untuk berobat di dalam negeri. Saat ini, menurut dia, ada 2 juta WNI yang berobat ke luar negeri setiap tahun dan mengeluarkan total Rp 97,5 triliun untuk ongkos kesehatan.
Kehadiran Rumah Sakit Internasional Bali diyakini akan merebut kembali pangsa pasar di dalam negeri. Apalagi, rumah sakit tersebut bakal dilengkapi dengan pelayanan wellness untuk kesehatan dan meditasi. Ini merupakan hal baru di industri kesehatan Indonesia.
"Tempatnya seluas 41 hektare (ha). Mayoritas hanya 80 persen dilakukan pemindahan pohon dan benar-benar kami rawat. Insyallah untuk infrastruktur dasar KEK sudah jadi 100 persen, seperti jalan, trotoar, dan pipa-pipa, sudah semua," imbuhnya.
Rumah Sakit Internasional Bali, sambung Erick, juga dimaksudkan untuk pengembangan obat-obatan berbasis budaya Indonesia seperti halnya China dan India. Mengingat, saat ini 90 persen obat-obatan yang ada di Indonesia berbahan baku impor.
"Siapa tahu kita bisa menekan kebutuhan impor bahan baku sampai 20 persen jadi 70 persen. Inilah yang terus kami usahakan," terang dia.
Pembangunan Rumah Sakit Internasional Bali, kata Erick, dilakukan melalui kerja sama dengan Mayo Clinic.
Pusat Health and Wellness Tourism
Pemerintah menetapkan KEK Sanur melalui PP Nomor 41 Tahun 2021 dan jadi inisiatif Kementerian BUMN untuk meningkatkan layanan kesehatan serta memulihkan sektor pariwisata Indonesia menjadi pusat health and wellness tourism.
Menurut Erick, potensi pasar medical tourism and wellness di Indonesia saat ini mencapai Rp183 triliun per tahun dan tercatat tumbuh 6 persen per tahun.
Apalagi, proyeksinya, pelayanan medical tourism and wellness pada 2016-2024 meliputi onkologi/kanker, ortopedi, dan dental.
Adapun, destinasi layanan kesehatan terpopuler bagi para WNI adalah Malaysia yang tercatat melayani 1 juta WNI. Kemudian, Singapura sebanyak 170 ribu WNI untuk layanan cardiology, neurology, orthopedia, dan health screening.
(BIR/hsa)