Tulisan kedua dari lima tulisan
Dirumahkan saat pandemi COVID-19 membuat Dany kembali mengandalkan pemasukan dari para penumpang kapal di Pelabuhan Gilimanuk, Jembrana, Bali. Hampir setiap hari pria berusia 22 tahun ini ngelogam atau mencari rezeki dengan menunggu penumpang kapal melemparkan uang logam atau kertas ke laut.
"Dulu sempat bekerja di sebuah hotel di Denpasar, karena COVID-19 saya dirumahkan, jadi kembali ngelogam seperti dulu saat masih kecil," ungkap Dany kepada detikBali, Selasa (10/1/2023).
Dany mengungkapkan saat awal dia menjadi anak logam, sebutan bagi mereka yang mencari uang dari penumpang kapal di Pelabuhan Gilimanuk. Saat itu, ia sempat takut berenang di pinggir Selat Bali. "Dulu pertama memang takut, tapi saat ini sudah terbiasa," kenangnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Penghibur Penumpang di Pelabuhan Gilimanuk |
Dany menuturkan uang dari ngelogam cukup menjanjikan. Saat hari biasa atau bukan musim libur, ia bisa mendapatkan uang Rp 100 ribu sampai Rp 200 ribu.
Pendapatan naik drastis saat libur Lebaran. Anak logam bisa mendapatkan cuan hingga Rp 500 ribu. Bahkan, penumpang kapal yang hendak menyeberangi Selat Bali menuju Pulau Jawa juga kadang memberikan camilan bagi anak logam.
Sejumlah anak logam bahkan bisa membeli sepeda motor dari hasil ngelogam. Penghasilan menjanjikan itu juga yang membuat mereka enggan bekerja di tempat lain. Namun, mereka tidak pernah memaksa penumpang kapal untuk memberikan uang.
"Hasilnya juga sudah pasti hari itu dapat berapa. Anak logam yang umurnya tua juga di sini," tutur Dany.
Dany menerangkan meski cuan dari ngelogam cukup menggiurkan, ia dan teman-temannya tidak setiap hari ngelogam. Sebab, tidak setiap hari Pelabuhan Gilimanuk ramai.
Apalagi, mereka juga tidak kuat jika harus berenang lama di Selat Bali. "Kami juga tidak kuat berlama-lama di air," kata Dany.
Dany sebetulnya dilarang oleh orang tuanya untuk ngelogam. Namun, ia sembunyi-sembunyi melakukannya. "Cari kerja susah," keluhnya.
Menurut Dany, ada sekitar 20 anak logam di Pelabuhan Gilimanuk. Namun, yang sering ngelogam sekitar 10 orang.
Tak semuanya ngelogam karena kebutuhan ekonomi. Ada juga anak logam yang mencari uang dari para penumpang kapal untuk menambah uang jajan sekolah.
Ipan salah satunya. Siswa SMA ini menjadi anak logam saat libur sekolah. Hal itu ia lakukan untuk menambah uang jajan.
Ipan takut pekerjaan sampingannya sebagai anak logam diketahui orang tuanya. Namun, ia tetap ngelogam secara diam-diam. "Yang penting tidak mencuri," ujar pria berusia 17 tahun ini.
(gsp/iws)