Suasana Natal di Desa Blimbingsari, Kecamatan Melaya, Jembrana, Bali, sangat kental dengan nuansa tradisi dan kebudayaan Bali. Selain para jemaat menggunakan pakaian adat Bali, ibadah di Gereja Pniel Blimbingsari juga diiringi dengan musik gamelan serta kakidungan atau tembang tradisional Bali.
Pantauan detikBali, seluruh jemaat Gereja Pniel Blimbingsari sudah berkumpul dan bersiap melaksanakan ibadah Natal sekitar pukul 08.00 Wita. Alunan gamelan Bali mulai terdengar sebelum Pdt. Nyoman Yohanes memasuki areal gereja.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Prosesi ibadah Natal diawali dengan pementasan tari penyambutan khas Bali yang dibawakan oleh 7 orang anak-anak. Saat tarian hendak berakhir, para penari kemudian menjemput Pendeta untuk memimpin ibadah di Gereja Pniel Blimbingsari.
"Kita di sini orang Bali, sehingga ketika menjadi Kristen itu bukan berarti tidak menjadi masyarakat Bali lagi. Pakaian atau budaya Bali tetap digunakan sebagai orang asli Bali. Adat seni budaya termasuk juga gamelan dan tarian Bali tetap kita gunakan," tutur Pendeta Yohanes ditemui usai pelaksanaan ibadah Natal, Minggu (25/12/2022).
![]() |
Menurut Pendeta Yohanes, gamelan dan kakidungan Bali memang digunakan setiap bulan pada minggu pertama saat ibadah di gereja. Para jemaat juga tetap menggunakan bahasa Bali.
"Khusus untuk Natal ini, karena banyak yang dari luar Bali berkunjung untuk ibadah serta berwisata di Gereja Pniel Blimbingsari, kita gunakan bahasa campuran agar seluruh jemaat paham," papar Pendeta Yohanes.
Pendeta Yohanes mengatakan, jemaat yang datang saat Natal biasanya tidak hanya dari masyarakat lokal Desa Blimbingsari. Tak sedikit pula warga di luar Bali, bahkan luar negeri ikut beribadah di Blimbingsari.
"Total jemaat yang hadir Natal 2022 kali ini sekitar sebanyak 750 orang," imbuhnya.
Sehari sebelumnya, warga Desa Blimbingsari juga menyambut Natal dengan melakukan pemasangan penjor di setiap rumah dan sejumlah gereja. Hal itu mirip dengan tradisi Hindu di Bali yang memasang penjor menjelang hari raya Galungan.
(iws/hsa)