8 Vendor Desa Bualu Kecipratan Rezeki Bikin Penjor di Jalur G20

Road to G20

8 Vendor Desa Bualu Kecipratan Rezeki Bikin Penjor di Jalur G20

Agus Eka Purna Negara - detikBali
Selasa, 08 Nov 2022 20:25 WIB
Pengerjaan penjor untuk G20 masih berlangsung di Banjar Celuk, Desa Adat Bualu, Kelurahan Benoa, Badung, Bali, Selasa (8/12/2022) sore.
Pengerjaan penjor untuk G20 masih berlangsung di Banjar Celuk, Desa Adat Bualu, Kelurahan Benoa, Badung, Bali, Selasa (8/12/2022) sore. Foto: Agus Eka/detikBali
Badung -

Desa Adat Bualu, Kelurahan Benoa, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali, jadi salah satu desa penyangga Nusa Dua yang merasakan dampak digelarnya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20. Pembuat penjor di sana kecipratan rezeki.

Dari sisi kelengkapan pendukung acara, keterlibatan warga Desa Adat Bualu juga sangat penting. Seperti pengadaan penjor di sepanjang jalur utama yang dilalui para tamu negara-negara peserta.

Salah satu pemilik usaha dekorasi, Kadek Cita mengaku merasakan dampak dari G20. Pria asal Banjar Celuk, Desa Adat Bualu ini, mendapat 60 pesanan penjor dari pemerintah. Cita dibantu sekitar tujuh orang tenaga mampu mengerjakan penjor selama sepuluh hari.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini termasuk kerja cepat karena bisa kami bilang waktu mepet. Hari ini sudah mulai dipasang satu per satu. Untuk G20, kami sebagai vendor sangat terbantu. Event sebesar ini juga mampu melibatkan warga lokal," ucap Cita di sela-sela pengerjaan penjor, Selasa (8/11/2022) sore.

Tentu pengerjaan penjor untuk G20 tidak ia kerjakan sendiri. Melainkan ada delapan vendor atau jasa dekorasi di Desa Adat Bualu yang dilibatkan desa. Sehingga total ada 480 penjor berukuran sedang yang dikerjakan warga lokal.

ADVERTISEMENT

Kadek Cita sendiri sudah memulai usaha jasa dekorasi pernikahan dan upacara sejak 2015. Ia mengaku sudah terbiasa menerima pesanan untuk keperluan acara-acara besar di hotel sekitar Nusa Dua.

Bendesa Adat Bualu I Wayan Mudita menjelaskan, pesanan penjor untuk G20 ini sudah berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi Bali. Awalnya pihak desa berencana melibatkan warga desa adat di delapan banjar. Namun setelah dilakukan rapat, akhirnya diputuskan pengerjaannya diserahkan ke vendor.

Untuk satu penjor madya atau ukuran sedang nilainya Rp 2,5 jut, sedangkan penjor agung Rp 5 juta per penjor. Sebanyak 480 penjor tersebut berukuran madya, sedangkan ada 12 penjor agung.

"Jadi kami yakini karya anak-anak muda di desa kami terbaik. Untuk berkesenian sudah hal biasa, sehingga kami ingin berikan kesan untuk even ini," ungkap Mudita.




(irb/hsa)

Hide Ads