Ratusan pengungsi 'menyerbu' Bale Subak Telepus, Kelurahan Tegal Cangkring, Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana, Bali, Senin (24/10/2022) pagi. Para pengungsi korban banjir bandang itu berburu pakaian layak pakai sumbangan dari para relawan.
Letak Bale Subak Telepus bersebelahan dengan lokasi pengungsi. Jaraknya hanya sekitar 10 meter. Pakaian-pakaian tersebut ada yang masih baru dan ada pula bekas. Namun, masih layak pakai. Jenisnya pun beragam. Ada baju, celana, pakaian anak-anak hingga pakaian dalam.
Salah seorang pengungsi, Desi, mengaku saat ini salah satu paling dibutuhkan adalah pakaian dalam. Dia dan keluarganya sejak banjir menerjang tinggal di pengungsian. Harta bendanya tertimbun lumpur dan material banjir. Rumahnya sejauh ini belum bisa ditempati. Karena mengalami sejumlah kerusakan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itu yang paling penting (pakaian dalam, Red)," ujar Desi yang nampak sibuk memilih-miih pakaian.
Selain pakaian dalam, dia dan keluarganya membutuhkan pakaian sehari-hari.
"Baju-baju dan barang-barang mungkin ada tapi tertimbun di dalam (rumah),"
Hal senada dikatakan pengungsi lainnya, Arya, 53. Dia mengaku, selain pakaian yang melekat di badan, hanya segelintir baju yang bisa diselamatkan.
"Semua barang-barang hanyut. Baju yang dibutuhkan sehari-hari banyak," kata Arya.
Sebelumnya, Kepala Lingkungan Biluk Poh Kangin I Komang Gede Swabawa mengatakan, jika selama warga mengungsi, pemerintah daerah menjamin para pengungsi tidak kekurangan.
"Kalau logistik sudah mencukupi, ada banyak bantuan dari dinas sosial, pribadi, relawan. Jadi untuk logistik aman. Untuk fasilitas kesehatan juga sudah tersedia," jelasnya kepada detikBali Selasa (18/10/2022).
Dijelaskan, di posko pengungsian di Lingkungan Biluk Poh, Kelurahan Tegal Cangkring terdapat 71 KK. Dari jumlah itu, sebanyak 25 KK atau sekitar 250 jiwa baik lansia dan anak-anak, berada di posko pengungsian. Sementara, sisanya mengungsi ke rumah kerabat atau saudara.
(hsa/dpra)