Kadek Rai Suastika (42), warga Banjar Piling Tengah, Desa Mangesta, Kecamatan Penebel, Tabanan, Bali, masih trauma ketika melihat tanah miring saat hujan deras. Senin (17/10/2022) lalu, sekitar pukul 05.30 Wita, ia mengalami kisah menegangkan saat rumahnya jebol dihantam longsor.
Ketika itu, ia dan kedua anaknya selamat dari musibah. Sementara istrinya, Ni Wayan Santi Rosita (42), kebetulan tidak di rumah karena sudah berangkat berjualan di pasar.
"Saya masih trauma kalau lihat tanah miring pas hujan-hujan begini," tutur Kadek Rai Suastika, Sabtu (22/10/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menyebutkan, sejak tiga hari sebelum kejadian dirinya sudah tidak bisa tidur. Biasanya ia sudah tidur pada pukul 00.00 Wita.
"Tapi tiga hari sebelum kejadian, saya baru bisa tidur jam enam atau tujuh pagi," tuturnya.
Saat kejadian, ia pun hendak rebahan di kamarnya. Tapi, belum lama rebahan di tempat tidur, ia mendengar bunyi seperti ada sesuatu yang retak.
"Waktu itu ada bunyi kretek-kretek. Entah bunyi tanah atau tembok. Saya bangun dari tempat tidur. Saya lihat dari jendela ventilasi, di kiri tanah sudah tinggi," ceritanya.
Melihat timbunan tanah dari tebing di belakang rumahnya longsor, ia bergegas ke luar kamar. Ia membuka gudang yang ada di sebelah kiri kamarnya.
"Ternyata temboknya sudah jebol. Tanah dan air sudah masuk," kata Rai Suastika mengingat musibah yang dialaminya awal pekan ini.
Tanpa pikir panjang, ia bergegas ke kamar anak-anaknya. Ia kemudian membangunkan kedua anaknya yang sedang tidur.
"Kebetulan anak saya yang gede sudah bangun. Adiknya yang masih tidur. Saya suruh keluar semua," sambungnya.
Di saat yang sama, ia menyuruh anak pertamanya menghubungi kakek dan ibunya untuk mengabarkan tembok rumah mereka jebol.
"Saya pergi ke gudang selamatkan baju anak-anak. Waktu itu tanah masih tertahan lemari. Jadi jebolnya itu perlahan-lahan," ujar Rai yang sehari-hari bekerja sebagai peternak kambing ini.
Beberapa jam kemudian, seluruh tembok belakang dua gudang dan satu kamar yang kebetulan bangunan tua itu jebol. Balok beton yang menyangga atap rumah Rai Suastika mulai patah dan bengkok. Untuk menahan atap rumahnya yang berbahan baja rangka, balok beton itu ditunjang pakai bambu.
"Dua hari lalu bambunya diganti. Pakai bambu petung agar lebih kuat menyangganya," kata Rai Suastika.
Saat ini, ia dan keluarganya tinggal di rumah orang tuanya terlebih dulu. Ia masih khawatir terjadi longsor susulan. Apalagi dalam berapa hari terakhir, dia atas pukul 12.00 Wita, wilayah Penebel sering hujan.
"Meski ini musibah, untungnya kami selamat. Bagaimana ya bilangnya. Musibah. Tapi masih ada untungnya," kata Rai Suastika.
Ia mengaku setelah longsor menimpa rumahnya, beberapa pihak mendatangkan bantuan. Mulai dari pemerintah desa, sekaa teruna di banjar setempat, dan PMI.
"Bantuan memang ada yang datang. Seperti sembako dan uang untuk bertahan karena kami belum bisa kerja. Cuma untuk perbaikannya ini yang saya masih bingung memikirkannya. Tapi Camat sudah bilang agar dicatat saja untuk diusulkan perbaikannya ke pemerintah," pungkasnya.
(iws/hsa)