Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tabanan menyebutkan jumlah titik kerusakan akibat bencana banjir dan longsor terus mengalami penambahan.
Sejauh ini, BPBD Tabanan mencatat ada 255 titik kerusakan. Jumlah itu terdiri dari jembatan, jalan umum, jalan pertanian, saluran irigasi, fasilitas ibadah seperti pura, serta beberapa bangunan rumah warga.
"Kalau (kerusakan) rumah, tidak sampai ada (warga) yang mengungsi ke satu tempat. Kalaupun mengungsi biasanya ke rumah keluarga terdekatnya," jelas Kepala BPBD Tabanan, I Nyoman Srinadha Giri, Jumat (21/10/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menegaskan, jumlah titik kerusakan akibat banjir dan longsor itu masih memungkinkan untuk bertambah. Seiring instruksi bupati yang meminta pihak desa maupun camat mendata seluruh kerusakan paling lambat lima hari sejak bencana terjadi pada Senin (17/10/2022).
"Data ini masih bisa bergerak. Tadi saja ada tambahan lagi satu kerusakan. Satu pura di Desa Bengkel, Kecamatan Kediri, yang jebol," imbuhnya.
Pembaruan data ini maksimal sudah tuntas pada malam ini. Sehingga besok, Sabtu (22/10/2022), sudah terangkum menjadi satu untuk dipakai sebagai bahan rapat koordinasi penanganan bencana oleh bupati yang direncanakan pada Senin (24/10/2022).
"Biar segera dipelajari. Mana yang akan diusulkan ke pusat, provinsi, kabupaten perbaikannya," pungkasnya.
Secara terpisah, Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, Perumahan dan Kawasan Permukiman (PUPRPKP) Tabanan I Made Dedy Darmasaputra menyebutkan, jumlah kerusakan infrastruktur jalan, jembatan, atau pura sebanyak 56 item.
"Ada penambahan lagi tiga titik. Jadi (jumlah kerusakan) terbaru ada sembilan. Ada jalan, jembatan, daerah irigasi seperti bendungan sampai bangunan bagi air, ada juga beberapa pura," jelasnya.
Estimasi anggaran untuk perbaikannya mencapai Rp 49,9 miliar. Kebutuhan anggaran itu akan diusulkan ke pusat, provinsi, hingga kabupaten. Ada juga yang akan diusulkan perbaikannya ke Balai Wilayah Sungai (BWS) yang menangani daerah irigasi.
Salah satu kerusakan yang berat dan memerlukan anggaran besar adalah jembatan Yeh Kajang di Desa Tua dan jembatan Desa Geluntung di Kecamatan Marga.
"Jembatan di Desa Tua yang besar. Karena akan diubah menjadi jembatan. Yang rusak sekarang ini kan pakai terowongan air. Sekarang mau diubah menjadi jembatan. Karena kalau pakai terowongan risikonya tinggi bila ada sampah," sebutnya.
Menurutnya, jembatan di Desa Tua dan Desa Geluntung akan diprioritaskan perbaikannya pada tahun anggaran 2023. Terutama Desa Tua yang berada pada jalan kabupaten yang menghubungkan Kecamatan Marga dan Baturiti.
"Semua (kerusakan) akan diusulkan (perbaikannya. Tapi pakai skala prioritas," pungkasnya.
(hsa/dpra)