"Setelah hasil labnya keluar dan sapi saya dinyatakan positif PMK, keempat sapi saya itu sudah mulai pulih. Bahkan saat ini sudah sembuh total," kata Nuarsa, Minggu (3/7/2022).
Nuarsa menceritakan dirinya membeli empat ekor sapi tersebut di Pasar Hewan Bebandem, Karangasem, beberapa waktu lalu. Seminggu kemudian, keempat sapi tersebut sakit dan tidak mau makan. Mulut sapinya terus mengeluarkan air liur dan di bagian hidung terlihat seperti ada luka.
Mendapati gejala tersebut, Nuarsa langsung melapor ke Puskeswan Rendang. Setelah dicek oleh petugas dari Puskeswan Rendang, keempat sapinya tersebut terindikasi kena PMK. Petugas kemudian memberikan obat terhadap sapi-sapi Nuarsa.
"Sapi saya kemudian berangsur membaik. Nafsu makannya juga mulai ada dan saat ini sudah sembuh total," kata Nuarsa.
Nuarsa menambahkan, sebenarnya keempat sapinya yang terjangkit PMK itu hendak dipotong paksa oleh petugas. Namun, Nuarsa menolak sebelum ada uang ganti rugi.
"Kalau ada uang ganti rugi, saya persilakan mau diapain juga silakan. Harga keempat sapi itu Rp 80 juta. Rugi besar saya kalau tidak ada uang ganti rugi," kata Nuarsa.
Nuarsa juga menyayangkan penanganan PMK yang sangat lambat di Bali. Padahal, di luar Bali sudah banyak hewan ternak yang terjangkit PMK.
"Sekarang setelah ada kasus baru heboh akan melakukan pencegahan. Seharusnya dari awal sudah dilakukan itu, semprot kandang, diberikan desinfektan dan yang lainnya. Ini juga kalau tidak saya yang inisiatif untuk lapor mungkin tidak ada yang tahu kalau sapi saya terkena PMK," kata Nuarsa.
Sementara itu, Kepala UPTD Puskeswan Kabupaten Karangasem Pande Gede Arya Saputra, mengatakan bahwa sapi yang terjangkit PMK bisa sembuh dengan perawatan yang benar dan cepat mendapat pengobatan.
"Sapi yang terjangkit PMK memang bisa sembuh tapi tetap harus dikarantina atau tidak boleh dipindahkan ke tempat lain supaya tidak menular ke ternak yang lainnya," kata Saputra.
(iws/iws)