Kota Terpanas di Dunia Tembus 51 Derajat Celsius, Warga Kewalahan

Kota Terpanas di Dunia Tembus 51 Derajat Celsius, Warga Kewalahan

Tim detikInet - detikBali
Sabtu, 02 Jul 2022 06:54 WIB
Badai Debu di Pakistan
Foto: Cuaca di Pakistan (BBC World)
Jakarta -

Kota Jacobabad di Pakistan benar-benar panas menyengat, bahkan pada Mei 2022 menyandang predikat sebagai kota terpanas di muka Bumi. Saat itu, suhu di sana mencapai 51 derajat Celsius.

Walaupun sedemikian panas, banyak penduduk yang bermukim di sana. Seperti dikutip detikINET dari Reuters, Sabtu (2/7/2022) jumlahnya ada sekitar 200 ribu orang. Mereka sudah terbiasa dengan panas ekstrem, namun kadang-kadang merasa kewalahan.

Seorang warga, Muhammad Akbar (40) setiap hari menyusuri jalanan untuk berjualan buncis. Dia pernah sakit terkena terjangan hawa panas tiga kali dalam hidupnya. Belakangan, ia menilai kondisi semakin buruk, terlebih air kian langka.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dulu banyak pohon di seluruh kota dan tak ada kelangkaan air. Sekarang, pohon sudah tidak ada ataupun air, panas semakin tidak dapat ditanggung lagi. Saya takut panas ini akan membunuh kami di tahun-tahun mendatang," kata Akbar.

Hal itu dilakoninya lantaran ia tak punya pilihan lain untuk mencari nafkah. Dia harus bekerja setiap hari dari selama sekitar 12 sampai 14 jam, dengan pendapatan sekitar Rp 40 ribu sehari.

ADVERTISEMENT

Gelombang panas beberapa waktu lalu memang melanda Pakistan dan juga India. Tahun ini untuk pertama kalinya, panas mulai menyengat sejak Maret, dari biasanya bulan Mei, dan akan terus berlangsung hingga Agustus.

Korban jiwa pun muncul. Pada 14 Mei ketika suhu di Jacobabad mencapai 51 derajat, seorang ibu muda bernama Nazia mendadak kolaps ketika sedang memasak makan siang untuk keponakannya yang datang. Ia dilarikan ke rumah sakit, tapi sayang nyawanya tak tertolong.

Perubahan iklim diduga jadi penyebab gelombang panas yang makin sering menerpa dan membuat warga di kota terpanas ini menderita. "Kami takut bahwa dalam beberapa tahun lagi, Jacobabad tidak bisa lagi ditinggali oleh manusia dan binatang," kata aktivis sosial setempat, Mohammad Shaaban.




(kws/kws)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads