Kerajinan Ingke Kembali Menggeliat di Jembrana

Kerajinan Ingke Kembali Menggeliat di Jembrana

I Ketut Suardika - detikBali
Selasa, 14 Jun 2022 11:53 WIB
Jembrana -

Kerajinan ingke di Jembrana kembali menggeliat. Sebelumnya, permintaan ingke mengalami penurunan pada awal masa pandemi COVID-19. Namun tahun ini, para perajin ingke mulai kebanjiran pesanan.

"Selama pandemi tiga tahun ini memang menurun, tetapi hanya pada awal pandemi saja menurun," kata I Putu Nayantara, Ketua Kelompok Tunjung Emas, saat ditemui detikBali di rumahnya, Selasa (14/6/2022).

I Putu Nayantara menjelaskan mulai mendapatkan pesanan pada awal tahun 2021. Pada tahun 2022, pesanan ingke meningkat drastis. Bahkan saking banyaknya pesanan, pihaknya harus mengumpulkan ingke dari perajin lain. Sebab, ingke yang dihasilkannya tidak bisa memenuhi jumlah permintaan. "Saya menampung sebanyak-banyaknya dari perajin karena banyak pesanan," jelasnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pemesannya tidak hanya datang dari kabupaten dan kota di Bali, tetapi juga ke seluruh Indonesia. Produknya dikenal karena sering mengikuti pameran-pameran kerajinan yang diselenggarakan di Jembrana dan Denpasar.

Kelompok Tunjung Emas sudah berdiri sejak tahun 2000. Setiap perajin di kelompok dalam sebulan bisa membuat 100 buah ingke. Sehingga, dari anggota 10 anggota bisa menghasilkan 1000 buah ingke. Ingke sendiri dijual dengan harga Rp 10 ribu. "Karena banyak pesanan, jumlah ini masih kurang. Sehingga harus mengumpulkan dari perajin lain," ungkapnya.

ADVERTISEMENT

Nayantara menjelaskan, dalam proses pembuatan ingke, perajin menggunakan bahan berkualitas. Karena tidak semua lidi yang bisa digunakan untuk kerajinan anyaman ini. Dalam memilih lidi, bahan yang paling baik adalah lidi daun kelapa kecil atau lidi kelapa gading.

Dalam proses pembuatan terbagi menjadi tahap, yang pertama dimulai dengan tahapan memilah daun kelapa. Kemudian dibersihkan hingga benar benar bersih. Kedua bentuk pengisahan. Ketika pengisahan yang sudah jadi, kemudian tahap penganyaman bibir Ingke. "Kemudian yang ketiga tahap finishing, selanjutnya hasil barang yang sudah jadi," terangnya.

Untuk pemasaran sendiri, seluruh Indonesia sudah pernah dijual. Bahkan ada juga yang diekspor ke luar negeri, namun melalui agen. "Ada yang mencari tetapi bukan langsung dari saya, yang nyari ada orang yang mengantar ke sini," ungkapnya.

Terkait masalah bahan baku, lanjut Nayan, saat ini bahan baku untuk anyaman ingke ini masih tergolong gampang diperoleh dan untuk pemasaran juga masih laku dipasaran.

"Masalahnya, pembuatannya kurang cepat, kadang pemesan juga ingin cepat. Kadang orderan juga kebanyakan, hingga pengerjaan agak keteteran," terangnya.
Menurutnya, kerajinan anyaman lidi ini memiliki tingkat kesulitan yang lumayan tinggi karena dikerjakan secara manual semua. Sehingga tidak bisa memenuhi kebutuhan pemesanan dengan cepat. "Perlu waktu, nggak bisa cepat-cepat. Kalau bisa dikerjakan dengan pabrik gitu ya, bukan kerajinan tangan namanya," tukasnya.

(nor/nor)

Hide Ads