Kisah Made Suarnayasa, Olah Koran Bekas Jadi Bernilai Ekonomis

Kisah Made Suarnayasa, Olah Koran Bekas Jadi Bernilai Ekonomis

I Ketut Suardika - detikBali
Senin, 13 Jun 2022 14:54 WIB
Di tangan orang kreatif seperti Made Suarnayasa, koran bekas bisa menjadi barang berharga yang bernilai ekonomi tinggi.
Di tangan orang kreatif seperti Made Suarnayasa, koran bekas bisa menjadi barang berharga yang bernilai ekonomi tinggi. (Foto: I Ketut Suardika/detikBali)
Jembrana -

Koran bekas biasanya berakhir di tempat sampah, atau menjadi pembungkus makanan dan kemudian dibuang. Namun, di tangan orang kreatif, koran bekas bisa menjadi barang berharga dan bernilai ekonomi tinggi. Seperti dilakukan I Made Suarnayasa yang membuat produk kerajinan berbahan koran bekas.

Suarnayasa bisa membuat tempat tisu, bokor, tempat air mineral, hingga bingkai foto berbahan koran bekas. Proses pembuatan kerajinan itu dia lakukan di rumah sederhananya di Desa Baluk, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana, Bali.

"Bisa mengerjakan di mana saja dan kapan saja, sambil duduk di rumah mengerjakan itu, tidak mengeluarkan biaya yang terlalu besar, tapi nilai ekonomisnya yang luar biasa," katanya kepada detikBali saat ditemui di rumahnya, Senin (13/6/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pria yang akrab disapa Dek No ini mengawali kerajinan berbahan koran bekas berangkat dari keinginannya untuk memberdayakan orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Kebetulan, Dek No juga aktif sebagai pendamping ODHA Jembrana di komunitas Jalak Bali.

Puluhan ODHA yang didampinginya, dibekali dengan keterampilan membuat kerajinan berbahan koran bekas. Ide kreatif mengolah sampah bekas menjadi produk bernilai ekonomis itu membuat Dek No dijuluki pangeran sampah.

ADVERTISEMENT

"Nah sementara ini, banyak teman-teman ODHA yang saya latih ikut terlibat dalam pengolahan limbah koran ini. Astungkara, mereka bersemangat dan terus berkreativitas," imbuhnya.

Koran bekas yang diolah dia beli dari toko dan maupun pemberian temannya yang langganan koran. Pertama-tama, lembar-lembaran koran digulung hingga membentuk seperti lidi.

Setelah membuat banyak gulungan kertas koran bekas, barulah dibentuk dan dibuat kerajinan sesuai dengan pesanan. Masing-masing produk memiliki tingkat kerumitan berbeda. Misalnya membuat tempat tisu dengan ukiran, akan membutuhkan waktu sekitar tiga hari pengerjaan.

"Tergantung pesanan mau dibuat apa," ujarnya.

"Kemudian setelah membuat lintingan, kemudian kita proses kita bentuk menjadi barang yang Kita sesuaikan dengan orderan kemudian setelah selesai membuat kita kasih ornamen kecil untuk hiasannya," jelasnya.

Setelah itu, lintingan-lintingan koran kemudian didempul dengan lem kayu, lalu dijemur hingga kering. Proses selanjutnya adalah tahap pewarnaan. Barulah terakhir dilanjutkan dengan tahap finishing, misalnya melapisi prada agar semakin cantik.

"Jadi biasanya yang lebih banyak pesanannya itu warnanya coklat," ujarnya.

"Maksudnya, itu terakhir baru dikasih clear finish agar bahan tersebut menjadi kuat dan tahan dari air," terangnya.

Untuk pemasaran, kata Suarnayasa, lebih banyak melalui online, dan bisa juga pembeli datang langsung sambil melihat bagaimana cara proses untuk membuat.

"Kadang kami juga di sini mengajarkan secara gratis kalau ada warga di Jembrana untuk belajar ke padepokan kami," imbuhnya.




(iws/iws)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads