Saluran Irigasi Tua di Jembrana Ini Masih Aktif Mengairi Sawah Warga

Saluran Irigasi Tua di Jembrana Ini Masih Aktif Mengairi Sawah Warga

I Ketut Suardika - detikBali
Jumat, 10 Jun 2022 00:35 WIB
Terowongan saluran irigasi tua yang masih bertahan sampai saat ini, di Desa Tukadaya, Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana, Bali, Kamis (9/6/2022).
Terowongan saluran irigasi tua yang masih bertahan sampai saat ini, di Desa Tukadaya, Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana, Bali, Kamis (9/6/2022). Foto: I Ketut Suardika
Jembrana -

Subak salah satu kearifan lokal Bali, sebuah organisasi kemasyarakatan yang khusus mengatur sistem pengairan sawah. Subak merupakan salah satu ciri khas pertanian Bali. Karena itu banyak saluran irigasi yang dibuat, bahkan dengan menggali bukit hingga menyerupai goa. Seperti saluran irigasi di Banjar Munduk Ranti, Desa Tukadaya, Kecamatan Jembrana, Bali, yang usianya sudah puluhan tahun dan masih aktif hingga saat ini. Meskipun saat itu tidak ada teknologi modern seperti saat ini, terowongan saluran irigasi tua ini terlihat presisi, dari bentuk lubang rapi dan panjangnya sekitar satu kilometer.

Menurut salah satu warga, Wayan Winda (82), warga Dusun Munduk Ranti, Desa Tukadaya, Kecamatan Melaya, Jembrana, yang rumahnya sekitar 20 meter dari terowongan irigasi ini, terowongan dibuat sepuluh tahun setelah Kemerdekaan. Terowongan saluran irigasi yang memiliki panjang sekitar satu kilometer ini, dibuat sekitar tahun 1956 atau 66 tahun lalu. Cara membuatnya hanya menggunakan alat sederhana, seperti cangkul dan sekop.

"Terowongan ini dibuat untuk mengairi sawah di Desa Tuwed, Subak Sangiang Cerik," kata Winda, saat ditemui detikBali di rumahnya, Kamis (9/6/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski ketika pembuatan terowongan ini belum ada peralatan modern secanggih saat ini, tetapi bentuk terowongan terlihat rapi seperti menggunakan peralatan modern. Dari penuturan Wayan Winda, pembuatan terowongan itu, berawal karena sering terjadi kekeringan karena kesulitan air di sawah seluas 250 hektare di wilayah Desa Tuwed. Sehingga Perbekel Desa Tuwed saat itu, almarhum I Ketut Sutia, menginginkan adanya saluran air yang dapat mengairi sawah di Subak Sangiang Cerik. Hingga akhirnya dibuatlah saluran irigasi dengan membendung Sungai Tukadaya yang dikerjakan pemborong dari Kabupaten Gianyar.

"Tidak ada sungai yang dekat Desa Tuwed, makanya disalurkan dari desa sini. Itu dikerjakan oleh 15 orang, semua dari Gianyar," ungkapnya.

ADVERTISEMENT

Pengerjaan terowongan dengan panjang sekitar satu kilometer dikerjakan selama enam bulan. Pekerja menggali tanah dengan tinggi dua meter dan lebar satu meter. Terowongan dibuat dengan melubangi gundukan tanah atau bukit. Meskipun alat yang digunakan seadanya, terowongan saluran irigasi bisa rapi, menembus gundukan tanah dan menyerupai goa. Menurut Winda, pembuatan terowongan ini menghabiskan biaya saat itu sekitar Rp90 ribu, diambil dari kas subak. Selama penggunaannya pun sempat dilakukan beberapa kali perbaikan.

"Waktu itu belum ada bantuan dari pemerintah, semua dari kas subak. Untuk perbaikan dilakukan sebanyak tiga kali sekitar tahun 1970-an, karena ada saluran yang jebol," kata Winda, yang juga seorang pensiunan PNS.

Dengan adanya saluran irigasi ini, meskipun musim kemarau bisa tetap mengaliri lahan pertanian. Saluran air dari Sungai Tukadaya melalui terowongan selalu terjaga, sehingga sawah tidak mengalami kekeringan. Hingga saat ini terowongan irigasi itu tetap berfungsi mengaliri sawah di Subak Sangiang Cerik, Desa Tuwed. Tidak hanya untuk saluran irigasi ke sawah, air juga digunakan untuk ternak warga sekitar.




(irb/irb)

Hide Ads