Daya Tarik 10 Desa Wisata di Tabanan, Wajib Dikunjungi!

Daya Tarik 10 Desa Wisata di Tabanan, Wajib Dikunjungi!

Tim detikBali - detikBali
Selasa, 07 Jun 2022 09:03 WIB
Obyek wisata Jatiluwih, Tabanan.
Obyek wisata Jatiluwih, Tabanan. Foto: Pemkab Tabanan
Tabanan -

Saat musim liburan tiba, tak sedikit wisatawan berkunjung ke Bali. Jika berwisata di Bali, jangan hanya mengunjungi Denpasar atau Badung saja ya Detikers. Namun, kunjungilah daerah Tabanan yang juga memiliki destinasi wisata tak kalah dengan tempat lainnya. Salah satunya desa wisata yang dimiliki Kabupaten Tabanan. Dilansir detikBali dari laman resmi infowisata.tabanankab.go.id, Tabanan memiliki 10 desa wisata yang wajib dijelajahi lho. Penasaran? Simak yuk ulasannya berikut ini.

1. Desa Antosari

Desa Antosari berlokasi di Kecamatan Selemadeg Barat, Kabupaten Tabanan. Desa Antosari menawarkan pesona hijau hamparan persawahan yang sangat luas dengan bentuk yang berundak-undak. Uniknya, letak persawahan yang terletak di kaki bukit menyebabkan bentuknya tidak simetris atau berliku sehingga tampak begitu memukau mata.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Desa Antosari sangat kental dengan budaya dan adat istiadatnya. Ditambah pemandangan dan hamparan sawah yang luas menjadi daya tarik tersendiri oleh wisatawan yang berkunjung pada Desa Antosari. Desa Antosari terdapat tiga air terjun berpemandangan indah yang belum terjamah yakni:

Β· Air terjun Pangkung Kutat
Β· Air terjun Pangkung Bluluk
Β· Air terjun Singsing Bambangan

ADVERTISEMENT

Konsep wisata yang ditawarkan oleh Desa Antosari ialah desa pariwisata yang melindungi kawasan pertanian. Oleh karena itu, jika ada investor yang tertarik untuk membangun di Desa Antosari, mereka tidak diperbolehkan mengambil lahan sawah dan dibuat untuk meningkatkan pendapatan petani maupun masyarakat Desa Antosari tanpa mengurangi kawasan lahan sawah yang ada, tetapi justru mempertahankannya.

2. Desa Beraban

Desa Wisata Beraban berlokasi di Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan. Desa Beraban memiliki potensi besar di bidang agrowisata dan keunikan budaya adat istiadat. Masyarakat Desa Wisata Beraban sangat menjunjung tinggi konsep Tri Hita Karana (Hubungan yang selaras, seimbang dan serasi antara manusia dengan Tuhannya, manusia dengan manusia dan manusia dengan lingkungannya) .

Masih sama seperti di desa-desa lain di Tabanan pada umumnya, sebagian besar penduduk di Desa wisata Beraban berprofesi sebagai petani. Desa wisata di Tabanan ini pernah menjadi duta kabupaten dalam lomba desa pakraman se-Bali. Desa ini juga cukup berpengaruh besar terhadap suplai beras yang ada di Bali karena Desa wisata Beraban memiliki kawasan sawah yang cukup luas.

Di desa ini anda akan disuguhi oleh indahnya arsitektur rumah penduduk asli yang masih sangat kental dengan ukiran-ukiran yang terdapat di gapura pintu masuknya. Di Desa Beraban terdapat objek wisata terkenal yakni Pura Tanah Lot dan Pantai Nyanyi. Adat istiadat dan budaya tradisional yang masih kental di Desa Beraban ini menjadi daya tarik wisatawan yang datang untuk berkunjung.

3. Desa Nyambu

Desa Nyambu berlokasi di Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan, Bali dikembangkan menjadi desa wisata ekologis dengan nama program "Langgeng Ecotourism" yang diresmikan oleh Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti. Desa Nyambu merupakan desa urban yang masih memiliki lebih dari 60% lahan sawah dari total luas wilayahnya.

Ada beberapa kegiatan yang dilakukan sebelum meluncurkan Desa Wisata Ekologis Nyambu, mulai dari pemetaan spasial dan sosial budaya, penyusunan rencana strategis desa, pelatihan manajemen dan keterampilan desa wisata ekologis, hingga pembuatan buku panduan dan persiapan alat-alat promosi. Hamparan sawah yang berada pada Desa Nyambu pun menambah daya tarik wisatawan yang berkunjung. Selain dijadikan spot untuk berwisata, budaya dan adat istiadatnya pun tak kalah menarik yang sudah diwariskan turun temurun di Desa Nyambu.

4. Desa Tista

Desa Tista berlokasi di Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan. Tista pada mulanya dari kata 'Ngetis'. Nama tersebut bermula dari pengembaraan seorang Putra Raja Tabanan. Pengembaraannya banyak melintasi daerah-daerah pegunungan yang medannya berbukit-bukit dan melintasi banyak sungai karena pada waktu itu belum ada terbuka jalan-jalan seperti sekarang ini.

Dalam perjalanan tersebut beliau bertemu dengan seorang pertapa sakti. Kemudian atas petunjuk pertapa tersebut beliau melanjutkan perjalanan ke selatan akhirnya Putra Raja Tabanan sampai pada suatu tempat yang dituju. Oleh karena tempat itu medannya bergelombang maka beliau kembali ke utara untuk mencari tempat yang datar untuk mendirikan istana, kemudian dipilihlah tempat yang sekarang disebut Kerambitan.

Di Desa Tista terdapat area persawahan yang luas dan digunakan untuk jalur trekking hingga sungai Yeh Ho. Selain digunakan untuk jalur trekking, lokasi persawahan ini juga sangat cocok digunakan untuk aktivitas jogging dan bersepeda di pagi dan sore hari dengan pemandangan sunset yang indah.

Lokasi: Desa Tista, Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan, Bali.

5. Desa Pinge

Desa Pinge berlokasi pada Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan. Desa Pinge merupakan salah satu desa terindah di Bali. Pemandangan khasnya seperti persawahan yang berundak-undak, pegunungan yang beruntai serta hutan yang hijau adalah menu pemandangan alam yang sangat memikat hati. Bisa dikatakan wisata Desa Pinge sama menariknya dengan objek wisata Jatiluwih. Udaranya juga begitu sejuk karena secara geografis posisinya berada di ketinggian 500 mdpl.

Selain memiliki potensi keindahan alam yang sulit ditandingi, Desa Pinge juga kaya akan potensi budaya terutama karena banyak didapatkan arkeologi-arkeologi di sebuah pura bernama Pura Natar Jemeng. Piodalan di Pura Ini adalah Buda Wage Merakih. Desa ini kerap dikunjungi oleh para wisatawan asing maupun lokal yang hendak menikmati berbagai suasana pedesaan yang indah, kesejukan udaranya, atau hamparan sawahnya yang luas.

6. Sarin Buana

Di wilayah Desa Adat Sarin Buana terdapat sebuah pura yakni Pura Luhur Jatiluwih, dan juga terdapat beberapa hotel, villa, dan lainnya. Desa Sarin Buana berada di tengah-tengah hutan lindung pada sisi sebelah tenggara punggung Gunung Batukaru dengan ketinggian sekitar 1.000 mdpl. Beriklim pegunungan yang dingin, dengan kelembaban udara yang cukup tinggi.

Lokasi : Desa Wanagiri, Kecamatan Selemadeg, Kabupaten Tabanan, Bali

Baca juga: Pesona 11 Wisata Alam di Jembrana, Puncak JR-Bunut Bolong

7. Desa Belimbing

Kecamatan Pupuan merupakan salah satu dari 10 Kecamatan yang ada di Kabupaten Tabanan yang terletak di pulau Bali, terletak kurang lebih 45 Km di Sebelah Barat Kota Kabupaten Tabanan. Kecamatan Pupuan merupakan daerah yang sangat potensial untuk dikembangkan dalam bidang pertanian dan perkebunan. Karena selain lahan yang subur, curah hujan yang cukup tinggi serta wilayahnya terdiri dari lahan pertanian dan perkebunan yang cukup luas. Kecamatan Pupuan wilayahnya terbagi menjadi 14 desa dinas.

Salah satu desa dinas di kecamatan ini adalah Desa Belimbing yang telah dijadikan sebagai desa wisata. Pendeklarasian Desa Belimbing sebagai desa wisata ditandai dengan penandatanganan di atas kanvas oleh Bupati Tabanan, UN-WTO dan komponen terkait lainnya. Namun Desa Wisata Belimbing masih sangat minim dikunjungi wisatawan.

Kunjungan wisatawan setiap tahunnya meningkat, namun dalam jumlah yang relatif sedikit sehingga dapat disimpulkan bahwa Desa Wisata Belimbing belum maksimal untuk menarik minat wisatawan maka perlu adanya pengembangan untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan.

8. Desa Gunung Salak

Desa Gunung Salak adalah salah satu desa di kawasan Selemadeg Timur, Tabanan yang memiliki beberapa daya tarik wisata yang sayang untuk dilewatkan. Selain keindahan sawah terasering yang dikelola dengan apik oleh para warga, di desa ini kita juga dapat menemukan 3 buah air terjun yang indah air terjun Tibu Sampi, Batu Tumpuk, dan Batu Sangian.

9. Desa Mengesta

Desa Mengesta merupakan salah satu desa wisata yang terletak di daerah Penebel Tabanan. Desa ini menawarkan beberapa tujuan wisata menarik yang sayang untuk kita lewatkan. Salah satu hal yang paling menarik dari desa wisata Mengesta yaitu beberapa peninggalan purbakala berupa arca, pahatan batu dan logam. Selain itu kita juga dapat menjumpai beberapa mata air panas seperti Piling Kawang dan Belulang, dan seperti kebanyakan desa di kawasan Tabanan, tentu saja kita dapat menjumpai lokasi persawahan yang indah.

10. Jatiluwih

Jatiluwih memiliki hawa sejuk karena terletak pada ketinggian 7000 mdpl. Selain potensi alamnya, Jatiluwih menyimpan pula potensi budaya terutama peristiwa sejarah pembangunan sebuah pura yang ada kaitannya dengan nama kekuasaan Raja Ida Dalem Waturenggong di keraton Gelgel (1460-1551). Obyek wisata Jatiluwih terletak 48 km dari Denpasar. Lokasinya 28 Km di bagian utara kota Tabanan. Jatiluwih terkenal dengan panorama persawahannya yang indah. Jatiluwih merupakan daerah yang berdekatan dengan Gunung Batukaru dan terletak pada ketinggian 700 mdpl.

Sebagian besar daerahnya merupakan daerah persawahan yang dibuat berundak (terasering) atau dikenal dengan sawah berteras khas Bali yang akan membuat Anda semakin mengaguminya. Daerah persawahan ini berbentuk teras dengan luas sekitar 636 hektar memakai sistem pengairan subak yaitu sistem pengairan atau irigasi tradisional Bali yang berbasis budaya dan masyarakat.

Subak adalah organisasi kemasyarakatan yang khusus mengatur sistem pengairan sawah yang digunakan dalam cocok tanam padi di Bali, Indonesia. Subak ini biasanya memiliki pura yang dinamakan Pura Ulun Carik. Yang khusus dibangun oleh para petani dan diperuntukkan bagi dewi kemakmuran dan kesuburan Dewi Sri. Obyek wisata Jatiluwih ramai dikunjungi para wisatawan nusantara dan mancanegara yang ingin menikmati hawa sejuk dan keindahan serta hamparan sawah yang berundak. Setiap 210 hari sekali yaitu pada hari Rabu Kliwon Ugu adalah hari upacara Petoyan yang menggelar juga tarian Wali Pendet yang bersifat sakral.

Jatiluwih sebagai objek wisata alam sesungguhnya sudah dikenal sejak kekuasaan Belanda Bali (1910-1942). Karena di sebelah Barat Desa Jatiluwih Belanda sempat mendirikan markas Besar Keamanan Belanda yang pada zaman itu sampai saat ini oleh masyarakat sekitarnya tempat itu disebut sebagai Tangsi Belanda. Akan tetapi jalan yang menghubungkan ke obyek tersebut rusak maka tidak banyak wisatawan yang berkunjung kesana untuk menikmati panorama yang indah, sejuk dan menyegarkan.

Kondisi tidak terpelihara ini berlangsung hingga tahun 1970 dan sesudah itu berkat bantuan dana pemerintah, pembangunan infrastruktur semakin mendapat perhatian. Ternyata jalan-jalan aspal yang telah dibangun itu dapat mengangkat nama Jatiluwih menjadi objek wisata alam bagi para pengunjung. Selain menikmati keindahan kesejukan panorama alam pegunungan, Jatiluwih juga menyimpan atraksi upacara keagamaan yang unik setiap 210 hari sekali yaitu pada hari Wali, Petoyan, Patirtan, Rabu kliwon Ugu. Pada upacara puncaknya dipentaskan juga tarian Wali Pendet yang sakral.

Halaman 2 dari 2
(nor/nor)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads