10 gunung api di bawah laut ditemukan Pusat Hidro-Oseanografi Angkatan Laut (Pushidrosal).
Komandan Pushidrosal Laksamana Madya TNI Nurhidayat menuturkan, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM telah datang ke Pushidrosal atas temuan gunung api di bawah laut tersebut.
Mereka datang untuk memetakan potensi tsunami jika gunung api bawah laut tersebut meletus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itu yang membuat Badan Vulkanologi itu datang ke kami, bisa gak ngitung kalau misalnya dia meletus kan nanti terjadi tsunami, di pulau-pulau mana yang tsunaminya paling besar, kemudian yang paling tinggi dan penduduknya bagaimana nanti kalau diungsikan," ujar Nurhidayat.
Atas permintaan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kementerian ESDM, tim Pushidrosal kemudian melakukan analisis soal potensi tsunami jika gunung api tersebut meletus.
"Kita bisa hitung ke mana arah larinya air, kemudian berapa besar dia naik pada saat di pantai. Nah di situlah akan ketahuan berapa tingginya tsunami. Itu sudah kita hitung dan badan vulkanologi bersama-sama kita sudah ikut dan kita akan mengecek kembali," paparnya.
Hingga saat ini, jelas Nurhidayat, Pushidrosal bakal konsen dengan wilayah timur. Sebab wilayah timur Indonesia kemungkinan banyak gunung yang bisa diidentifikasi. Sebab, banyak adanya getaran akibat gempa vulkanik, namun sumbernya tak ditemukan.
"Beberapa ahli itu menyampaikan ada getaran yang misterius, sering gempa, gempanya ini vulkanik. Tapi kok bisa tidak ketemu dari mana. Itu karena kedalamannya lebih dari 5 ribu. Jadi 5 kilo ke bawah," terangnya.
Diberi Nama
10 gunung api bawah laut yang ditemukan di Laut Banda, Kepulauan Maluku tersebut kini sudah memiliki nama.
"Nah ada yang namanya Aurora, ada yang namanya Yudo (Sagoro), ada yang namanya Moro Gada, terus ada Gapuro Sagoro," kata Komandan Pushidrosal Laksamana Madya TNI Nurhidayat kepada wartawan di sela-sela pertemuan Hydrographic Service and Standards Committee (HSSC), Selasa (17/5/2022).
"Ada 10 (gunung api bawah laut yang ditemukan), tapi yang baru diterima (namanya) baru delapan karena yang dua ini masih belum lengkap, jadi lerengnya itu belum kelihatan. Ini yang akan diambil lagi," jelasnya.
Nurhidayat menuturkan, temuan 10 gunung api tersebut melalui proses panjang. Sebelumnya sudah ada Ekspedisi Snellius yang dilakukan oleh Belanda pada 1990-an di wilayah tersebut. Kemudian pada Ekspedisi Jalacitra I "Aurora" 2021 Aurora pihaknya mencoba melintasi wilayah tersebut dan ditemukan hal yang aneh.
"Kemarin (saat Ekspedisi Jalacitra I "Aurora" 2021) kita coba, saat kita melintas kok ada yang aneh, tapi kita tujuannya bukan di situ, karena memang ada yang lebih penting. Pada saat kita harus melihat gunung-gunung yang banyak di daerah Almahera, ternyata betul kita dapatkan (gunung api bawah laut)," ungkapnya.
Pada Ekspedisi Jalacitra I 'Aurora' pihaknya menemukan massa air purba. Masa air purba itu yakni gunung di dalam laut yang mengeluarkan lava dan material-material panas tapi tidak bisa keluar sehingga membentuk lobang besar.
"Jadi kayak lobang besar di dalam yang karena panasnya tidak bisa keluar, artinya panas itu segera dingin sehingga terjadinya kayak lobang besar di dalam. Ini akan ambil lagi sehingga lebih rigit," tegasnya.
Pihaknya kemudian mencoba memberikan nama atas temuan gunung api bawah laut tersebut. Nama-nama itu kemudian diserahkan kepada United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) dan akhirnya diterima sebanyak delapan nama.
Adapun nama-nama gunung api bawah laut tersebut yakni Gapuro Segoro, Yudo Sagoro, Spica, Rigel, Yiew Vero, Moro Gada, Moro Sagoro dan Aurora. Nurhidayat menyebut, temuan berbagai gunung api bawah laut itu kini menjadi pembelajaran bagi dunia.
Karena baru delapan yang diterima UNESCO, Nurhidayat menyebut bahwa pihaknya akan melakukan Eskpedisi Jalacitra II "Banda" guna melihat dua gunung api bawah laut yang masih belum terindentifikasi dengan baik. Sesuai namanya, ekspedisi Jalacitra II akan dilakukan di alur Laut Banda dengan mengajak sebanyak 88 orang peneliti.
"Kita akan ke sana lagi, sudah ada 88 peneliti profesor (hingga) doktor di seluruh universitas yang mau ikut. Jadi mungkin ada beberapa yang ikut di kapal, ada yang ikut langsung di Banda. Nanti hasilnya kita sampaikan di Ambon karena Universitas Pattimura dan lain-lain juga sudah siap," terangnya.
Dirinya mengungkap, Pushidrosal akan melaksanakan ekspedisi setiap tahun supaya mengetahui daerah laut mana yang rawan dan bisa dieksplorasi. Ekspedisi nantinya dapat mempermudah kinerja kementerian, khususnya Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
"Kementerian-kementerian seperti ESDM sudah tidak perlu lagi cari pakai data data seismik yang mungkin sangat lama. Kalau kita kan punya peralatan modern juga ada kamera di bawah laut yang juga bisa mengambil dasar-dasar laut," paparnya.
(kws/kws)