Riset Soal Nyepi, 4 Peneliti BMKG Dapat Penghargaan dari Uni Eropa

Riset Soal Nyepi, 4 Peneliti BMKG Dapat Penghargaan dari Uni Eropa

Sui Suadnyana - detikBali
Selasa, 19 Apr 2022 16:17 WIB
Mengapa Saat Nyepi Tidak Boleh Keluar Rumah
----
Suasana Bali saat Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1943 terlihat dari kawasan Ungasan, Badung, Bali, Minggu (14/3/2021). Seluruh kawasan pariwisata, ruas jalan dan objek vital di wilayah Bali yang ramai pada hari biasa, terpantau lengang pada Hari Raya Nyepi saat umat Hindu menjalani catur brata penyepian selama 24 jam hingga Senin (15/3) pukul 06.00 WITA. ANTARA FOTO/Fikri Yusuf/aww.
Suasana saat Hari Raya Nyepi di Bali. (Antara Foto/Fikri Yusuf)
Denpasar -

Empat orang peneliti dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) di Bali yakni I Putu Dedy Pratama, Pande Komang Gede Negara, Putu Eka Tulistiawan dan I Ketut Sudiarta mendapatkan penghargaan European Union (EU) Star Award. Penghargaan diberikan atas karya mereka yang telah meriset soal dampak Nyepi terhadap cuaca.

Penghargaan tersebut telah diumumkan pada 'CTBT Science and Technology Conference' 2021. CTBT Science and Technology Conference' 2021 merupakan sebuah acara global dua tahunan yang diselenggarakan oleh Komite Persiapan Comprehensive Nuclear-Test-Ban Treaty Organisation (CTBTO) di Wina, Austria.

Pada acara itu, tim panelis ilmiah dan voting dari peserta telah memilih riset bertajuk 'Dampak Hari Raya Nyepi dalam Pengukuran Parameter Cuaca di Stasiun Pengamatan Sinoptik di Bali' yang mendapat penghargaan EU Star Award. Penelitian itu dipilih dari 700 riset dari seluruh dunia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dari 700 riset yang mengikuti konferensi, terdapat 17 penelitian dari Indonesia dan 13 di antaranya merupakan riset dari BMKG, dan salah satunya berhasil meraih EU Star Award. Penghargaan ini merupakan penghargaan EU Star Award yang pertama bagi Indonesia," kata Deputi Bidang Geofisika BMKG Suko Prayitno Adi dalam keterangan tertulis kepada wartawan, Selasa (19/4/2022).

ADVERTISEMENT

Suko menjelaskan, Nyepi merupakan tradisi unik yang dikenal dunia. Hari Raya Nyepi kemudian menjadi perintis kampanye earth hour untuk meningkatkan kesadaran terhadap masalah perubahan iklim. Nyepi sebenarnya merupakan bentuk perayaan tahun baru yang dilaksanakan dengan cara yang unik. Masyarakat menghentikan aktivitas selama 24 jam lewat tradisi Catur Brata Penyepian yang terdiri dari amati geni (tidak menyalakan api dan lampu), amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak bepergian), dan amati lelanguan (tidak bersenang-senang).

Meski demikian, ada pengecualian untuk sektor-sektor tertentu yang diperbolehkan beraktivitas tanpa keluar ruangan. Saat Nyepi, BMKG yang memiliki unit pelaksana teknis (UPT) di seluruh wilayah Indonesia tetap bekerja 24 jam guna melakukan pemantauan cuaca, iklim dan gempa bumi. Begitu pula dengan empat stasiun pengamatan sinoptik di Bali yang tetap bekerja memantau variabilitas Nyepi dari tahun ke tahun. Tema inilah yang diangkat menjadi sebuah penelitian sederhana dari empat peneliti BMKG di Bali pada acara 'CTBT Science and Technology Conference' 2021.

"Sebenarnya terdapat satu tulisan lagi yang membahas tentang Nyepi dari sudut pandang seismologi yang diajukan dalam kegiatan tersebut namun hanya satu yang berhasil lolos untuk dipresentasikan," terang Suko.

Penghargaan EU Star Award diserahkan kepada empat peneliti oleh Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia Vincent Piket. Penelitian ini dinilai berkontribusi terhadap pemantauan iklim dan studi kualitas udara.

"Sebuah kehormatan bagi saya menyerahkan EU Star Award kepada tim peneliti BMKG Bali yang luar biasa. Penelitian mereka berkontribusi bagi pemantauan iklim serta memberikan kita gambaran mengenai kualitas udara perkotaan dan bagaimana kita dapat meningkatkannya melalui langkah-langkah efektif," ujarnya.

"Hal ini juga menunjukkan betapa pentingnya sains dan penelitian dalam menentukan langkah untuk menjawab tantangan terkait isu kesehatan masyarakat, lingkungan hidup dan pertumbuhan yang berkelanjutan," imbuh Vincent.

Vincent menjelaskan, penghargaan EU Star Award diprakasai oleh Delegasi Uni Eropa untuk organisasi- organisasi Internasional di Wina, Austria. Hal ini sebagai bentuk apresiasi terhadap kontribusi ilmiah dan teknologi paling signifikan, yang relevan dengan Traktat Pelarangan Menyeluruh Uji Coba Senjata Nuklir (Comprehensive Nuclear Test-Ban Treaty/CTBT).

Vincent berharap, riset yang telah dilakukan dapat memberikan kontribusi dalam menyusun langkah-langkah peningkatan kualitas udara di kawasan perkotaan demi kesehatan masyarakat dan lingkungan.




(nke/nke)

Hide Ads