Kabar duka datang dari dunia pendakian Indonesia. Clara Sumarwati, perempuan tangguh yang mencatat sejarah sebagai pendaki Indonesia pertama di Everest, meninggal dunia di Yogyakarta, Kamis (2/10/2025).
Ia berpulang di usia 60 tahun setelah berjuang melawan penyakit gula.
Mengutip detikJogja, kakak Clara, Rita Heru Setyatini, menyampaikan Clara meninggal pada pukul 11.00 WIB di rumahnya. Clara diketahui menderita penyakit gula dalam setahun terakhir.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Wafatnya jam 11 siang di rumah. Sebelumnya sudah menderita gula dan antiklimaks," ujar Rita kepada detikJogja di rumah duka.
Rita menjelaskan, pola makan Clara kurang teratur sehingga membuat sakitnya semakin parah.
"Kalau sakit gulanya itu sudah muncul sejak kurang lebih satu tahunan. Karena kesalahan makan, karena dia nggak teratur kan makannya. Sebelum meninggal gulanya tinggi sekali," terangnya.
Jenazah Clara kemudian dimakamkan di Pemakaman Sidikan, Umbulharjo, Kota Jogja, Jumat (3/10/2025), setelah prosesi pemberkatan.
"Rencana pemakanan di tempat pemakanan di daerah Sidikan, rencana setelah pemberkatan jam 11 siang," pungkas Rita.
Detik-detik Kepergian Clara
Pantauan detikJogja, jenazah Clara diberangkatkan dari rumah duka sekitar pukul 10.30 WIB seusai misa kematian. Suasana misa yang diikuti keluarga dan kerabat dekat berlangsung khidmat sebelum jenazah diantar ke pemakaman.
Kakak Clara, Heru, mengenang momen saat mendiang mengembuskan napas terakhir sekitar pukul 16.10 WIB. Clara meninggal akibat penyakit gula yang dideritanya.
"Wah ngguling-guling kayak cacing kepanasan itu, mungkin memang kalau orang sakaratul maut seperti itu ya. Begitu dikasih minyak suci, dia langsung anteng, bisa mapan, bisa selonjor sendiri," kata Heru.
Sebelum meninggal, Clara sempat mengajukan beberapa permintaan, seperti doa Novena dan diputarkan lagu rohani kesayangannya.
"Terus bicara, tapi ndak ada suaranya, cuma gerak bibir itu, minta Rosario sama doa Novena. 16.10 itu, dia minta (diputarkan) lagu Roh Kudus Yesus itu, di HP kan ada. Terus tak setelke, langsung senyum, aku yo melu ngguyu," ungkap Heru.
Heru mengenang, senyum terakhir Clara menjadi pengantar kepergiannya. "Tapi kok (setelah itu) kayak nggak ada nafas, terus cari kaca (untuk mengecek nafas) loh kok nggak ada (nafasnya). Terus telepon petugas puskesmas, terus menyatakan Bu Clara sudah meninggal," ujarnya.
Luka Batin Sang Kakak
Heru bercerita, dirinya diminta menandatangani surat pernyataan lantaran Clara berpesan tak ingin dibawa ke rumah sakit.
"Terus disuruh bikin surat pernyataan, (yang berbunyi) keluarga tidak mau dibawa ke rumah sakit, kata 'tidak' itu, mak deg di hati," kenangnya.
"Ya saya yang tanda tangan, satu rumah cuma saya, kalau misal ke rumah sakit yang nganter juga saya," lanjutnya.
Meski berat, Heru meyakini langkah itu sudah sesuai dengan permintaan sang adik.
"Nah sampai sekarang yang membekas di hati saya itu pas Mbak Clara meninggal, apakah saya salah? Terus sama orang-orang itu 'ndak (salah), itu sudah langkah terbaik'," pungkasnya.
Jejak Prestasi di Everest
![]() |
Clara Sumarwati menorehkan sejarah pada 26 September 1996. Ia menjadi perempuan Indonesia pertama yang berhasil mencapai puncak Gunung Everest, 8.850 mdpl, lewat jalur utara.
"Tahun 1996 (berhasil ke puncak Everest)," kata Clara saat ditemui wartawan di kediamannya pada 2018.
Clara sempat gagal mendaki pada 1994. Namun dua tahun kemudian, bersama Sersan Kopassus Basuki dan ditemani Kaji Sherpa serta 12 pemandu, ia kembali mencoba. Hanya Clara yang berhasil mencapai puncak.
"Nah pendakian tahun 1996 ini berhasil lewat jalur utara. Pendakian ini sebenarnya berdua sama Sersan Basuki. Tapi hanya saya saja yang sampai puncak, ada lima guide yang jadi saksi," kata Clara kala itu.
Nama Clara tercatat di situs resmi Everest Summiteers Association sebagai pendaki yang melakukan summit pada 26 September 1996 lewat rute North Col-North Ridge-North Face.
Selamat jalan, Clara! Jejakmu selalu dikenang.
Artikel ini telah tayang di detikJogja. Baca selengkapnya di sini!
Simak Video "Video Studi: 828 Juta Orang di Dunia Mengidap Diabetes"
[Gambas:Video 20detik]
(dpw/dpw)