Tradisi Lebaran Ketupat di Bali dan NTB: Ketog Semprong-Perang Topat

Tradisi Lebaran Ketupat di Bali dan NTB: Ketog Semprong-Perang Topat

Ni Luh Made Yari Purwani Sasih - detikBali
Sabtu, 29 Apr 2023 05:20 WIB
Perang Topat di Lombok
Perang topat di Lombok. Foto: (dok. Pemkab Lombok Barat)
Denpasar -

Lebaran Ketupat merupakan salah satu rangkaian perayaan Idul Fitri. Tradisi ini biasanya dilaksanakan seminggu setelah Idul Fitri 1 Syawal. Sehingga, di beberapa daerah tradisi Lebaran Ketupat ini lebih dikenal sebagai kegiatan Syawalan.

Dilansir dari berbagai sumber, sejarah Lebaran Ketupat erat kaitannya dengan Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga memperkenalkan dua istilah saat itu, yaitu Bakda Lebaran dan Bakda Kupat.

Bakda Lebaran adalah tradisi silaturahmi dan bermaaf-maafan setelah Idul Fitri. Sedangkan, Bakda Kupat atau Lebaran Ketupat adalah perayaan sepekan setelah Idul Fitri.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berikut tiga tradisi Lebaran Ketupat yang biasanya dilaksanakan di Bali dan NTB.

1. Ketog Semprong

Salah satu keluarga sedang megibung di tradisi Ketog Semprong yang kembali dilaksanakan warga Banjar Candikuning II, Senin (9/5/2022).Salah satu keluarga sedang megibung di tradisi Ketog Semprong yang kembali dilaksanakan warga Banjar Candikuning II, Senin (9/5/2022). Foto: Chairul Amri Simabur

Ketog Semprong merupakan salah satu tradisi yang dilaksanakan oleh komunitas muslim Desa Candikuning, Baturiti, Tabanan, Bali.

ADVERTISEMENT

Dilansir dari detik.com, tradisi Ketog Semprong dilaksanakan satu minggu setelah Idul Fitri. Tradisi ini bertujuan untuk merajut silaturahmi, bermaaf-maafan, dan saling bersua.

Tradisi Ketog Semprong sejak dulu telah diwarisi secara turun-temurun di Lingkungan Banjar Candikuning II. Hingga akhirnya, sejak 2014 tradisi ini dirayakan dalam bentuk festival.

Festival ini berlangsung sejak pagi hingga sore hari. Masyarakat akan datang membawa makanan masing-masing serta tikar untuk alasmegibung.Megibungsagi atau makan bersama biasanya dilakukan sembari menyaksikan kesenian berakar Islam, seperti Rodat,Kasidah, dan Hadrah.

2. Ngejot Ketupat

Warga Desa Pegayamanan melaksanakan tradisi ngejot dengan mengantarkan makanan ke rumah tetangga, sanak saudara, hingga sesepuh, pada Jumat (21/3/2023). (Made Wijaya Kusuma/detikBali)Warga Desa Pegayamanan melaksanakan tradisi ngejot dengan mengantarkan makanan ke rumah tetangga, sanak saudara, hingga sesepuh, pada Jumat (21/3/2023). (Made Wijaya Kusuma/detikBali) Foto: Warga Desa Pegayamanan melaksanakan tradisi ngejot dengan mengantarkan makanan ke rumah tetangga, sanak saudara, hingga sesepuh, pada Jumat (21/3/2023). (Made Wijaya Kusuma/detikBali)

Masyarakat di Bali memiliki tradisi bernama Ngejot. Ngejot ialah tradisi berbagi yang biasanya dilakukan antar warga sebagai bentuk pertemanan atau persaudaraan.

Salah satu tradisi ngejot ini dilakukan antar umat Hindu dan umat Islam. Tradisi ini menggambarkan kerukunan antar umat beragama di Pulau Bali.

Tradisi Ngejot dilaksanakan dengan berbagi makanan. Umat Hindu akan memberikan makanan khas Bali yang berbahan dasar daging ayam. Sedangkan, umat Islam akan membagikan makanan khas lebarannya, seperti ketupat dan opor ayam.

Tradisi ini biasanya dilaksanakan menjelang hari raya Idul Fitri, tepat satu hari sebelumnya. Sedangkan, untuk umat Hindu biasanya dilakukan saat hari RayaNyepi,Galungan, dan Kuningan.

3. Perang Topat

Tradisi Perang TopatTradisi Perang Topat Foto: Agus Kurniawan/d'travelers

Perang topat merupakan sebuah acara adat yang diadakan di Pura Lingsar, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Perang Topat merupakan tradisi turun temurun yang mulai dilakukan sepeninggalan penjajahan Bali di Lombok pada masa lampau.

Kepercayaan ini pun sudah berlangsung sejak ratusan tahun, dan masih terus dilaksanakan hingga sekarang. Perang Topat merupakan simbol perdamaian antara umat Muslim dan umat Hindu di Lombok.

Tradisi ini dilakukan dengan cara saling lempar dengan menggunakan ketupat. Ketupat yang telah digunakan untuk berperang sering kali diperebutkan, karena dipercaya dapat membawa kesuburan bagi tanaman, agar hasil panen melimpah.

Saat Perang Topat ini, masyarakat akan mengenakan pakaian adat khas Sasak dan Bali. Ribuan warga Sasak dan umat Hindu bersama-sama dengan damai merayakan upacara keagamaan yang dirayakan tiap tahun ini.

Ada beberapa kegiatan digelar sebelum dan sesudah terlaksananya Perang Topat. Seperti gotong royong, memasang Abah-Abah atau memasang perlengkapan upacara dan Sabun Rah, Napak Tilas Negelingan Kerbau, dan Persembahyangan.

Artikel ini ditulis oleh Ni Luh Made Yari Purwani Sasih, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(nor/nor)

Hide Ads