Masjid Assyuhada, Masjid Tertua Kedua di Bali Simpan Al-Qur'an Berusia 2 Abad

Ragam Ramadan 2023

Masjid Assyuhada, Masjid Tertua Kedua di Bali Simpan Al-Qur'an Berusia 2 Abad

Rizki Setyo Samudero - detikBali
Minggu, 16 Apr 2023 21:21 WIB
Denpasar -

Masjid Assyuhada Kampung Bugis di Pulau Serangan erat kaitannya dengan sejarah penyebaran Islam di Denpasar, Bali. Masjid yang telah berdiri sejak abad ke-17 ini telah diresmikan sebagai cagar budaya sejak 2014.

Masjid ini termasuk masjid tertua kedua di Bali setelah Masjid Nurul Huda di Klungkung.

Muhammad Sukur (45) Ketua Takmir sekaligus tokoh masyarakat yang ada di Kampung Bugis mengatakan jika Masjid Assyuhada dibangun para perantau Bugis di Bali yang datang akibat penjajahan Belanda di Sulawesi Selatan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kakek kami merantau pergi dari Bugis sehingga sampai di daerah pesisir pantai di Pulau Serangan," kata Sukur ketika ditemui detikBali, Minggu (16/4/2023).

Sukur menjelaskan saat tiba di Bali, perantau Bugis disambut dengan baik oleh kerajaan-kerajaan Badung, dan diberi tempat yaitu Pulau Serangan. Suku Bugis dan Kerajaan Badung terus melakukan kerja sama dalam bidang ekonomi, sosial, kemasyarakatan, budaya, hingga kemiliteran.

ADVERTISEMENT

"Dari sana kami terikat oleh Kerajaan Badung terus bekerja sama, dari hal itu kami meminta pihak kerajaan diberi kesempatan membuat pemukiman. Karena itulah kami membuat suatu tempat ibadah yaitu Masjid Assyuhada ini, itupun juga dapat bantuan-bantuan dari kerajaan," jelas Sukur.

Masjid Assyuhada dibangun di atas lahan seluas 187 meter persegi. Arsitektur Masjid Assyuhada masih dipertahankan keasliannya sampai sekarang.
Aeperti empat pilar penopang atap yang terbuat dari kayu jati, mimbar dari kayu jati asal Kalimantan, bedug, sumur tua, dan Al-quran yang sudah berusia 200 tahun.

"Sampai sekarang bangunan masjid tua ini tidak berubah, baik dari segi otentik kayu maupun mimbar, pintu, jendela, bedug," ujarnya.

Al-quran berusia 200 tahun merupakan salah satu peninggalan sejarah Islam di Kampung Bugis. Al- quran tersebut terbuat dari Kulit Unta dan Pelepah Pisang.

Al-quran yang berusia 200 tahun tersebut disimpan oleh Sukur di kediaman kakeknya. Kondisi Al-quran tersebut sudah ada beberapa halaman yang hancur dan rusak sehingga tidak bisa digunakan sebagaimana mestinya.

"Di sini kami juga memiliki situs purbakala seperti Al-quran kuno yang dibuat abad 17 itu, itu tanda bukti bahwa kami ini Islam yang berpegang teguh pada syariat," ujar Sukur.

(nor/hsa)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads