Sejak zaman Raja Pemecutan Denpasar, Kampung Islam Kepaon memiliki kuliner khas, yakni brongko. Kuliner ini pun hanya dapat ditemui selama Ramadan.
Salah satu penjual brongko di kawasan Masjid Besar Al-Muhajirin Kepaon, Denpasar, Reza Maisaroh mengaku telah berjualan sejak zaman buyutnya. Berjualan brongko merupakan usaha turun-temurun.
"Brongko ini hampir sama dengan kolek hanya saja bahannya dari tepung kanji, santan, susu. Ada juga rempah-rempah seperti kayu manis, cengkeh, kapulaga, daun pandan, pewarna makanan dan perasa nanas," jelas Reza, Selasa (4/4/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan pantauan detikBali, brongko memiliki tekstur kuah yang cukup kental dan berwarna merah muda. Adapun isian brongko, yakni berupa bulatan-bulatan kecil berwarna merah muda dan memiliki tekstur kenyal yang dibuat dari campuran tepung kanji.
Brongko tersebut biasanya disajikan dalam kondisi hangat. Namun, dapat juga disajikan dengan es batu.
"Per cup-nya saya jual Rp 5 ribu. Setiap hari selama Ramadan biasanya saya hanya produksi 1 kali dengan porsi 25-30 cup. Itu selalu laku terjual dan bahkan sampai kurangan (karena banyak permintaan)," akunya.
Ia mengaku brongko tak hanya digemari oleh masyarakat sekitar Kampung Islam Kepaon, namun juga warga dari daerah lain dan lintas agama.
Menurutnya, tak ada larangan terkait berjualan brongko di luar bulan Ramadan. Hanya saja, perempuan berusia 28 tahun itu belum pernah berjualan dan menemukan pedagang brongko di luar Ramadan.
Di sisi lain, selama Ramadan, Maisaroh berjualan dari pukul 16.00 Wita. Tak jarang jualannya ludes hanya dalam kurun waktu satu jam saja.
(nor/hsa)