Rahina Sugihan Jawa 29 Desember 2022, Makna dan Prosesinya

Bali

Rahina Sugihan Jawa 29 Desember 2022, Makna dan Prosesinya

Tim detikBali - detikBali
Rabu, 28 Des 2022 06:18 WIB
Sehari sebelum Hari Raya Nyepi Tahun Caka 1937, Pura Adhitya Jaya di bilangan Rawamangun, Jakarta Timur, Jumat (20/03/2015), disesaki umat Hindu yang khidmat melaksanakan prosesi Tawur Agung. Ritual Tawur Agung dipercaya sebagai ritual menolak bala.
Ini merupakan bagian dari upacara Buta Yadnya.
Ilustrasi - Sugihan Jawa jatuh pada Kamis, 29 Desember 2022. Sugihan Jawa dirayakan sebagai hari penyucian secara sekala maupun niskala terhadap bhuana agung. (Foto: Rengga Sancaya)
Bali - Umat Hindu di Bali kembali merayakan rahina Sugihan Jawa pada Kamis, 29 Desember 2022. Mengacu pada sistem penanggalan Bali, rahina Sugihan Jawa dirayakan setiap 210 hari sekali, yaitu pada Kamis atau Wraspati Wage Sungsang. Sugihan Jawa merupakan salah satu rangkaian Hari Raya Galungan. Pelaksanaan Sugihan Jawa diperingati enam hari sebelum hari raya Galungan.

Jika ditinjau dari penamaannya, kata Sugihan Jawa berasal dari urat kata sugi yang memiliki arti membersihkan dan jawa artinya luar. Sehingga, Sugihan Jawa dirayakan sebagai hari penyucian secara sekala maupun niskala terhadap alam makro atau bhuana agung.

Lontar Sundarigama menyebut Sugihan Jawa sebagai pasucian dewa kalinggania pamrastista bhatara kabeh. Artinya, Sugian Jawa adalah moemen pesucian dewa atau hari penyucian semua Bhatara.

Penyucian secara sekala ditandai dengan melakukan pembersihan bangunan suci, termasuk halaman pura, paibon, maupun alat-alat upakara. Berikutnya, penyucian secara niskala dilakukan dengan persembahan, yakni menghaturkan sesajen pangresikan pada tempat, pralingga, maupun pratima.

Dra Ni Made Sri Arwati melalui buku Hari Raya Galungan (1992) menjelaskan, prosesi saat Sugihan Jawa dilaksanakan pamretistan ring Bhatara Kabeh melalui pacara mererebu di pemrajan atau sanggah. Itulah sebabnya, Sugihan Jawa juga disebut dengan istilah parerebon yang menandai turumya semua Bhatara ke dunia.

Adapun upacara mererebu ini dilengkapi upakara pengeresikan dengan sarana bunga yang harum untuk menstanakan para Dewa dan Pitara. Upakara parerebuan ini diupayakan menggunakan guling itik.

Prosesi parerebuan atau pembersihan secara niskala dimulai dari bangunan suci paling utama. Misalnya Padmasana, Kemulan, Meru, Gedong, Taksu, hingga terakhir dilebar di jaba (halaman terluar). Sarana persembahan dilengkapi dengan segehan dan tetabuhan arak-berem.

Setelah rangkaian upacara tersebut selesai, umat kemudian melaksanakan persembahyangan dan matirtha. Setelah nunas tirtha, maka berahir pula pelaksanaan Sugihan Jawa. Rangkaian prosesi Sugihan Jawa di masing-masing daerah bisa saja berbeda, karena memiliki dresta (pakem) masing-masing.

Sebagai informasi, sehari setelah rahina Sugihan Jawa disebut dengan Sugihan Bali yang juga menjadi rangkaian Hari Raya Galungan. Adapun Hari Raya Galungan akan jatuh pada Buda Kliwon Dungulan yakni Rabu, 4 Januari 2023.




(iws/iws)

Hide Ads