
Nyamuk Wolbachia Sudah Diuji di Semarang Sejak Mei, Bagaimana Hasilnya?
Nyamuk Wolbachia di Kota Semarang sudah mulai di-launching Mei lalu di daerah dengan angka demam berdarah tinggi. Setelah enam bulan berlalu, apa dampaknya?
Nyamuk Wolbachia di Kota Semarang sudah mulai di-launching Mei lalu di daerah dengan angka demam berdarah tinggi. Setelah enam bulan berlalu, apa dampaknya?
Nyamuk Wolbachia belakangan marak menjadi sorotan publik, lantaran disebut-sebut ampuh mengatasi kasus DBD di Indonesia. Memang seperti apa sih cara kerjanya?
Salah satu kekhawatiran terkait nyamuk wolbachia adalah munculnya mutasi genetik akibat populasi homogen. Pakar biologi molekuler menyampaikan pandangannya.
Rencana penyebaran nyamuk aedes aegypti ber-wolbachia untuk menekan demam berdarah dengue (DBD) di Bali mendapat penolakan. Kemenkes mengungkap penyebabnya.
Implementasikan teknologi nyamuk ber-Wolbachia, kini Yogyakarta jadi kota dengan kasus DBD terendah. Ini risetnya.
Rencana RI menerapkan teknologi wolbachia di 5 kota untuk menekan kasus DBD menuai pro-kontra. Kira-kira detikers, setuju nggak nih teknologi ini diterapkan?
Isu terkait nyamuk ber-Wolbachia muncul. Di antaranya teori konspirasi yang menyebut inovasi ini terkait misi Bill Gates bentuk gen LGBTQ. Apa kata ahli?
Profesor Adi Utarini tegaskan bahwa bakteri Wolbachia pada nyamuk aedes aegypti tidak bisa berpindah ke manusia. Bakteri ini hanya bisa hidup pada serangga.
Nyamuk Wolbachia akhir-akhir ini tengah menjadi sorotan publik. Jika nyamuk yang diinfeksi bakteri Wolbachia ini menggigit, apakah ada efek yang membahayakan?
Nggak cuma RI yang memperluas implementasi nyamuk ber-wolbachia untuk menangani DBD. Singapura juga berencana menambah pelepasan nyamuk tersebut.