Nyamuk Wolbachia di Kota Semarang sudah mulai di-launching sejak bulan Mei 2023 lalu di daerah dengan angka demam berdarah yang tinggi. Setelah enam bulan berlalu, apa dampaknya?
Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, Abdul Hakam mengatakan setelah adanya nyamuk Wolbachia, penurunan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di suatu wilayah bisa dilihat secara jelas setelah satu tahun. Untuk saat ini jika dilihat dari periode Januari-September, dari catatan Dinkes Kota Semarang ada penurunan salah satunya di Kecamatan Tembalang yaitu 98 kasus di tahun 2022 menjadi 51 kasus 2023.
"Lalu Kecamatan Banyumanik periode Januari sampai September di mana penderita DBD ada di angka 83 di tahun 2022, namun dalam periode yang sama turun menjadi 29 kasus di tahun 2023," kata Hakam dalam keterangan Pemkot Semarang, Jumat (24/11/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nyamuk Wolbachia di Kota Semarang pertama kali launching bulan Mei 2023 lalu langsung oleh Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin karena Ibu Kota Jawa Tengah itu menjadi pilot project. Program yang dijalankan yaitu Wingko Semarang atau Wolbachia Ing Kota Semarang.
Baru-baru ini pemerintah Kota (Pemkot) Semarang melakukan penyebaran Wolbachia serentak di 12 kelurahan di Kecamatan Tembalang pada tanggal 8 September 2023. Selanjutnya menyusul 23 Oktober 2023 di 11 kelurahan di Kecamatan Banyumanik, serta di 16 kelurahan di Kecamatan Gunungpati pada tanggal 21 November 2023 kemarin.
"Kalau anggaran dari Kemenkes lancar, rencana tahun 2024 penyebaran nyamuk Wolbachia bisa di seluruh wilayah. Dan untuk nominal anggaran, Kemenkes yang menentukan ya," ujar Hakam.
Dalam keterangannya, Hakam menjelaskan terkait bakteri Wolbachia yang menekan replikasi virus dengue, zika, dan chikungnya dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti. Jadi virus dengue disuntikkan ke dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia, maka virus dengue tidak dapat berkembang di dalam tubuh nyamuk yang mengandung Wolbachia. Hal itu menurun ke keturunannya.
"Jika virus dengue tidak dapat berkembang, maka virus tersebut tidak dapat ditularkan pada manusia. Bakterinya pun tidak bisa masuk ke tubuh manusia. Wolbachia aman bagi manusia, karena hanya hidup di serangga. Dan juga aman untuk lingkungan, karena hanya hidup di sel-organisme hidup. Jika sel atau organisme inangnya mati, Wolbachia akan terdegradasi sehingga tidak bisa menyebabkan polusi. Wolbachia pun juga aman bagi serangga lain karena perpindahan dari satu serangga ke serangga lain tidak mungkin terjadi, karena Wolbachia hanya berpindah dari induk betina ke keturunannya," jelas Hakam.
Wali Kota Semarang, Hevarita Gunaryanti Rahayu (Ita) mengatakan meski sudah ada nyamuk ber-Wolbachia, masyarakat tetap melaksanakan Pemeriksaan Jentik Nyamuk (PJN) dan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) rumah secara rutin yakni dua kali dalam seminggu.
"Masyarakat jangan khawatir, lah. Intinya adalah masyarakat jangan khawatir, jangan takut, karena kalau program dari pemerintah itu tidak bakal menjerumuskan, tidak mungkin untuk membuat masalah atau malah nambah banyak penyakit," kata Ita.
"Justru pencegahan-pencegahan itu kan sebenarnya alami tidak pakai zat kimia karena jika nyamuk ber-Wolbachia perempuan kawin dengan nyamuk ber-Wolbacia maka telurnya akan ber-Wolbachia juga," imbuhnya.
(rih/rih)