Polda Sumut akan meminta keterangan keluarga Ade Nurul Fadilah (19), siswi sekolah penerbangan yang diduga tewas di asrama besok. Polisi juga telah berkoordinasi dengan RS Bhayangkara Medan untuk rencana ekshumasi jasad korban.
"Besok dari pihak keluarga korban akan hadir untuk pemanggilan," kata Kasubdit 3 Jatanras Ditreskrimum Polda Sumut Kompol Bayu Putra Samara, Selasa (29/10/2024).
Bayu mengatakan pihaknya telah berkoordinasi dengan kuasa hukum keluarga korban selaku pelapor dalam kasus tersebut. Selain itu, pihak kepolisian juga berkoordinasi dengan RS Bhayangkara Medan terkait rencana ekshumasi makam korban.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita sudah berkoordinasi dengan pelapor yang merupakan pengacara pihak keluarga. Kita juga sudah koordinasi dengan RS Bhayangkara terkait ekshumasi. Untuk pelaksanaannya akan koordinasi dengan pihak keluarga," sebutnya.
Perwira menengah Polri itu menjelaskan bahwa penyidik juga telah mendatangi sekolah korban dan Rumah Sakit USU.
"Tim sudah berangkat menuju sekolah korban, ke RS USU. Nanti hasilnya akan kami gelar," pungkasnya.
Sebelumnya diberitakan, siswi sekolah penerbangan asal Kabupaten Asahan, Ade, tewas saat menempuh pendidikan di sekolah tersebut. Keluarga korban menduga bahwa korban tewas usai dianiaya di asrama sekolah itu.
Kuasa hukum keluarga korban Thomy Faisal mengatakan peristiwa itu berawal pada Selasa (1/10) sekira pukul 23.00 WIB. Saat itu, keluarga korban mendapat telepon dari pihak sekolah bahwa korban masuk rumah sakit.
"Tanggal 1 Oktober jam 23:00 WIB, pihak keluarga dihubungi oleh yayasan atau sekolah bahwa korban sedang sakit dan sudah dibawa ke Rumah Sakit USU," kata Thomy, Sabtu (26/10)
Lalu, selang beberapa menit kemudian, keluarga korban mendapatkan kabar bahwa korban telah meninggal dunia. Usai menerima informasi itu, keluarga korban langsung berangkat dari Kabupaten Asahan menuju Medan untuk menjemput jenazah korban. Setelah itu, jasad korban dibawa oleh pihak keluarga.
Namun, saat dicek, keluarga menemukan ada bekas memar di leher, seperti bekas cekikan. Selain itu, keluarga juga menemukan lebam di punggung dan rusuk.
Atas kejadian itu, Thomy mewakili keluarga korban melaporkan dugaan kejanggalan itu ke Polda Sumut pada Rabu (23/10).
Sementara pihak sekolah, yakni Sumatera Flight membantah korban tewas karena dianiaya di asrama.
"Sangat membantah (adanya penganiayaan). Almarhum ini orang baik, dan baru dua bulan di sini. Jadi, tidak mungkin dia langsung punya musuh apa segala macam, tidak ada kekerasan, tidak ada tindak pem-bully-an, karena di sini tidak ada senior junior, pelatihan kursus kita hanya setahun, begitu setahun selesai, tidak ada senior di sini," kata Kuasa Hukum Sumatera Flight Hendra Manatar Sihaloho, Senin (28/10).
Meski begitu, Hendra membenarkan bahwa korban merupakan siswi di sekolah penerbangan Sumatera Flight itu. Pada saat kejadian, kata Hendra, korban awalnya mengalami sakit kepala.
Lalu, korban berteriak. Teman-teman korban pun langsung memanggil pengasuh di asrama itu dan langsung membawa korban ke klinik.
Setibanya di klinik itu, pihak klinik meminta agar korban dibawa ke rumah sakit. Lalu, korban pun dilarikan ke RS USU. Namun, nahas, korban meninggal dunia sebelum mendapatkan penanganan dokter.
(nkm/nkm)