Warga Kelurahan Banuran, Kecamatan Lubuk Begalung, Padang, Sumatera Barat (Sumbar) membubarkan jemaat gereja GBI Solagracia Kampung Nias. Aksi warga itu karena kesal dengan volume musik jemaat gereja.
Sebelum dibubarkan, warga pernah memberi peringatan. Sayangnya peringatan itu tak digubris dan terulang hingga terjadi aksi pembubaran.
Kasi Humas Polresta Padang Ipda Yanti Devina mengatakan lokasi rumah berada di kawasan pemukiman padat penduduk. Suara volume musik itu disebutnya membuat warga terganggu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Rumah di sana juga sangat padat. Namun mungkin karena ketidaknyamanan etika dari pelaku dan korban ini terjadi miskomunikasi antara mereka," ujarnya ketika dikonfirmasi detikSumut Kamis (31/9/2023).
Pada saat malam peristiwa itu, lanjut Ipda Yanti, jemaat gereja memutar suara musik yang terlalu keras. Saat ditegur itulah terjadi insiden pengusiran.
"Saat itu hari sudah mulai malam, pelaku ini menegur lah orang yang diduga sedang beribadah ini. Karena musik yang ia gunakan volumenya sangat besar," jelasnya.
Menurut Ipda Yanti, jemaat gereja yang tegah beribadah tak terima ketika ditegur warga. Cekcok pun antar warga dan jemaah gereja pun tidak terhindarkan.
Sebelum insiden yang viral itu, warga pernah menegur jemaat gereja karena hal yang sama. Peristiwa berulang itulah yang menjadi pemicu kemarahan warga.
"Sebelumnya kabar yang kami peroleh mereka sudah pernah juga ditegur karena menggunakan musik terlalu keras. Sudah berulang teguran ini," tuturnya.
Karena teguran sudah disampaikan berulang kali, maka warga pun kesal ke jemaat gereja. "Mungkin karena kesal terjadilah seperti di video," sambungnya.
Pasca kejadian itu, jemaat gereja kemudian membuat laporan polisi. Laporan itu terkait pengancaman dengan senjata tajam.
"Korban sudah melapor, laporan yang ia buat berkaitan dengan pengancaman. Tidak ada kaitan dengan pembubaran beribadah. Namun kami akan berupaya mencari jalan tengah dari masalah ini," tutupnya.
Menurutnya yang terjadi adalah miskomunikasi antara pemilik rumah dan penyewaan kontrakan. Selain itu, dari keterangan yang ia peroleh dari korban dan pelaku tidak ada mengarah pada pembubaran beribadah.
"Yang terlibat dalam video viral itu sudah kami periksa. Keterangan dari korban juga sudah kami peroleh. Namun setelah kami amati tidak adanya pembubaran orang beribadah ataupun berkait dengan agama. Namun yang terjadi hanya miskomunikasi antara dua belah pihak," katanya.
Jemaat Gereja Diancam Pakai Parang. Baca Halaman Berikutnya...
Pendeta Jemaah GBI Solagracia Kampung Nias 3 Padang, Hiatani Ziduhu Hia, mengatakan saat peristiwa itu ia dan 20 warga suku Nias tengah beribadah. Menurutnya, ibu-ibu itu awalnya datang seorang diri ke rumah kontrakan tempat mereka melakukan ibadah.
Setelah ibadah dihentikan, wanita tersebut mengaku sebagai pemilik rumah. Selain mengaku sebagai pemilik rumah, wanita tersebut juga melempar kaca rumah dengan dua batu hingga pecah.
"Itu sekira pukul 20.35 WIB, kami sedang khusyuk membaca Alkitab. Tiba-tiba ada ibu-ibu yang mengaku pemilik rumah. Ibu itu menyebutkan pada kami untuk tidak boleh beribadah. Ia melemparkan batu ke kaca sebanyak 2 kali. Kaca juga pecah," katanya pada detikSumut, Rabu (30/8).
Lebih lanjut, setelah kaca jendela rumah pecah, diduga suami pelaku juga datang dan membentak jemaat lain dengan membawa parang. Pria tersebut juga melarang jemaat GBI Solagracia melanjutkan ibadah.
"Kami juga melanjutkan doa, tiba-tiba datang lagi diduga suami pelaku ini. Membentak dan melarang kami melanjutkan ibadah. Dan kami tetap tenang dan mencoba menjelaskan pada mereka. Tapi mereka tidak mengindahkan kami. Ibu itu juga menyampaikan pada kami, terkait apa yang ia lakukan adalah kehendaknya. Karena menurutnya rumah tempat kami beribadah adalah rumahnya," katanya.
"Padahal yang kami ketahui yang memiliki rumah bukan dia. Karena kami membayar pada orang lain. Yang menerima uang kami juga mengetahui kami sekali-kali menggunakan tempat itu untuk ibadah. Pak RT sudah tahu juga kegiatan kami. Untuk pelaku baru kami ketahui anak dari saudara pemilik rumah, bukan pemilik rumah," sambungnya.
Selain itu, Hiatani pelaku yang memegang parang itu juga menakuti dia dan jemaat lain. Ia juga mengancam jemaat jika melanjutkan ibadah. Selain membawa parang, pelaku lain menurutnya juga membawa balok.
Mengenai ibadah, ia menyebut rumah itu ia gunakan untuk tempat pendalaman Alkitab. Kegiatan itu menurutnya baru terlaksana sebanyak empat kali. Dan pengancaman seperti ini baru pertama terjadi.
"Kejadian ini baru pertama kali terjadi. Dan pelaku malam itu juga sudah diamanatkan ke Polresta Padang. Setelah kami laporkan. Tapi statusnya kami tidak tahu," jelasnya.
Terkait kejadian ini, ia menyebut akan tetap melaporkan pelaku yang mengancam dan membubarkan mereka yang sedang beribadah. Menurutnya kejadian ini adalah masalah serius.
Video pembubaran jemaat GBI Solagracia Kampung Nias dibubarkan pemilik kontrakan dan warga ketika beribadah viral di media sosial. Peristiwa itu terjadi pada Selasa (29/8) malam.
Simak Video "Video: Anak Panti Asuhan di Padang Ditemukan Tewas Setelah 3 Hari Hanyut"
[Gambas:Video 20detik]
(astj/astj)