Aksi pembubaran kegiatan ibadah jemaat gereja kembali terjadi. Kali ini kegiatan ibadah jemaat GBI Solagracia di Kelurahan Banuaran, Kecamatan Lubuk Begalung, Kota Padang.
Pembubaran ibadah jemaat gereja yang dilakukan di satu rumah kontrakan di daerah tersebut pun viral dari sebuah rekaman video yang beredar di media sosial. Dalam video yang dilihat detikSumut, Rabu (30/8/2023), tampak sejumlah warga mendatangi satu rumah tempat jemaat gereja menggelar ibadah.
Informasi dihimpun, peristiwa itu terjadi Selasa (29/8/2023) malam, pukul 20.35 WIB. Seorang wanita yang mengaku sebagai pemilik rumah atau kontrakan tersebut melempar batu ke jendela kaca rumah tersebut hingga pecah. Ia berdalih tidak mengganggu ibadah jemaat gereja, melainkan hanya memecahkan kaca jendela rumahnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Suka-suka ku, ini rumahku. Saya kan gak ganggu ibadah kamu, saya cuma memecahkan kaca rumah saya loh. Saya tidak ganggu ibadah, lanjut ibadah. Saya memecahkan kaca rumah saya siapa yang melarang," kata seorang perempuan yang diduga kerabat pemilik rumah.
Tampak juga seorang jemaat menenangkan situasi yang tegang tersebut. Ia meminta warga menemui pemilik rumah jika memang aktivitas ibadah yang mereka lakukan di rumah kontrakan tersebut mengganggu. Jemaat mengaku, wanita tersebut bukan pemilik kontrakan, mereka berurusan dengan orang lain terkait kontrakan tersebut. Bukan ke wanita yang melempari rumah tersebut dengan batu.
"Kalau memang ibu yang punya rumah, kalau mengenai ibadah itu, kan bisa konfirmasi yang punya kontrakan. Kalau mengenai main hakim ini, kan sudah melanggar," ungkapnya.
Kemudian seorang warga yang diduga kerabat pemilik rumah menanyakan siapa yang mengontrakkan rumah tersebut pada jemaat gereja asal Nias itu. Menurut pria itu, jemaat tersebut juga tidak memberitahukan ada kegiatan ibadah yang dilakukan di rumah tersebut.
Pendeta jemaat gereja tersebut Hiatani Ziduhu Hia ketika dikonfirmasi membenarkan ada upaya pembubaran paksa terhadap kegiatan ibadah yang dilakukan warga.
Ia menceritakan, saat itu ia dan 20 warga Kristiani suku Nias sedang khusyuk melakukan ibadah, namun tiba-tiba dihentikan oleh seorang ibu-ibu.
Menurutnya, wanita itu awalnya datang seorang diri ke rumah kontrakan tempat mereka melakukan ibadah dan mengaku sebagai pemilik rumah. Ia juga melempar kaca rumah dengan dua batu hingga pecah.
"Itu sekira pukul 20.35 WIB, kami sedang khusyuk membaca Alkitab. Tiba-tiba ada ibu-ibu yang mengaku pemilik rumah. Ibu itu menyebutkan pada kami untuk tidak boleh beribadah. Ia melemparkan batu ke kaca sebanyak 2 kali. Kaca juga pecah," katanya pada detikSumut, Rabu (30/8/2023).
Ia juga menjelaskan, ada pula seorang pria diduga suami pelaku datang dan membentak jemaat lain sambil membawa parang. Pria tersebut juga melarang jemaat GBI Solagracia melanjutkan ibadah.
"Kami juga melanjutkan doa, tiba-tiba datang lagi diduga suami pelaku ini. Membentak dan melarang kami melanjutkan ibadah. Dan kami tetap tenang dan mencoba menjelaskan pada mereka. Tapi mereka tidak mengindahkan kami. Ibu itu juga menyampaikan pada kami, terkait apa yang ia lakukan adalah kehendaknya. Karena menurutnya rumah tempat kami beribadah adalah rumahnya," katanya.
Menurut jemaat, rumah tersebut bukan milih pelaku. Karena pihaknya membayar uang kontrakan pada orang lain. Yang menerima uang kontrakan, lanjutnya, juga mengetahui kontrakan itu sekali-kali digunakan untuk ibadah.
Ia juga mengklaim RT setempat mengetahui kegiatan jemaat tersebut. Belakangan diketahui pelaku merupakan anak dari saudara pemilik rumah, bukan pemilik rumah.
Mengenai ibadah yang ia lakukan, menurutnya rumah itu ia gunakan untuk tempat pendalaman Alkitab. Kegiatan itu menurutnya baru terlaksana sebanyak 4 kali. Dan pengancaman seperti ini baru pertama terjadi.
"Kejadian ini baru pertama kali terjadi. Dan pelaku malam itu juga sudah diamanatkan ke Polresta Padang. Setelah kami laporkan. Tapi statusnya kami tidak tahu," jelasnya.
Terkait kejadian ini, ia menyebut akan tetap melaporkan pelaku yang mengancam dan membubarkan mereka yang sedang beribadah. Menurutnya kejadian ini adalah masalah serius.
Terkait kejadian ini, Kapolsek Lubuk Bergalung, Kompol Mochamamad Rosidi membenarkan peristiwa tersebut. Menurutnya saat ini pihaknya sedang melakukan mediasi.
"Benar kejadiannya, nanti akan saya sampaikan secara jelas. Saat ini masih tahap mediasi," katanya pada detikSumut, Rabu (30/8/2023).
(nkm/nkm)